Sudah sejak medio 2004-2006 pemerintah mendorong lembaga pendidikan untuk memanfaatkan teknologi digital untuk berdiskusi, berseminar, dan kuliah bersama, kata Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Prof. Nizam.
Baca juga: Kampus pintar pelopor lingkungan cerdas berbasis teknologi
"Era ini membutuhkan kemampuan kita untuk beradaptasi dan berani keluar dari zona nyaman, berani melakukan transformasi, berani mencoba hal yang baru dan berani untuk berubah," kata Nizam dalam International Conference of Social Science & Humanities, Social Worker and Public Administration (ICOSASOCES), dikutip dari siaran pers, Jumat.
Menurut Nizam, sebenarnya masyarakat perlahan sudah menjadi warga digital. Hal tersebut bisa dilihat dari komunikasi virtual yang makin sering digunakan, terutama di masa pandemi ini.
Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) III Kemendikbudristek Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc. mengatakan bahwa kemajuan teknologi telah memberi dampak besar dan membuat kehidupan manusia makin berkembang dan berhasil mengubah pola perilaku yang ada.
Menurutnya, ada empat kekuatan teknologi yang dapat mengubah pola perilaku dan aktivitas kita di abad 21 yaitu cloud computing, big data, artificial intelligence, dan internet of things.
Keempatnya akan mengubah pola pikir, aktivitas, bisnis, organisasi, dan pola pemerintahan menjadi lanskap digital yang baru dan membuat sesuatu yang sebelumnya mustahil menjadi kenyataan.
Baca juga: Kemendikbudristek dan Microsoft siapkan 1.121 talenta digital
ICOSASOCES merupakan seminar yang digelar oleh Konsorsium Ilmu Sosial Terapan yang dibentuk LLDIKTI Wilayah 3 dalam memfasilitasi mahasiswa dan dosen dalam melakukan publikasi karya ilmiah.
Konsorsium ini beranggotakan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Nasional, dan Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI.
Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Prof Dr Rudy Harjanto M.Sn memaparkan bahwa seminar ini sangat penting sebagai bagian dari pengabdian kita untuk menyumbangkan, mengembangkan dan menyampaikan gagasan, berbasis kajian ilmiah di dalam era bernuansa kerja yang penuh volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas.
"Disiplin ilmu sosial terapan menjadi penting agar kita semua menciptakan institusi dan sistem yang lebih baik bagi masyarakat. Ilmu sosial pada dasarnya bisa membantu setiap orang memahami bagaimana berinteraksi, bagaimana mempengaruhi kebijakan, dan bagaimana mengembangkan jaringan," katanya.
Hadir sebagai pembicara Prof. Dr. Martani Huseini, M.B.A. dari Universitas Indonesia; Prof. Dr. Adi Fahrudin dari Universitas Muhammadiyah Jakarta; Prof. Dr. Muhammad Mulyasi, M.Si. dari Institut ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI; dan Dr. Erna Ermawati Chotim, M.Si. dari Universitas Nasional pada Seminar Nasional.
Sementara pembicara internasional yang hadir antara lain Prof. Dr. Nurhayati Ali Assegaf, M.Si., M.P. dari Haci Bayram Veli Universitesi, Turkey; Prof. Dr. Datuk Yahaya Ibrahim dari Sultan Zainal Abidin University, Malaysia; Prof. Dr. Donna McAuliffe, MSW dari Griffith University, Australia; dan Dr. Muhammad Akram Hureri dari AIOU Islamabad Pakistan.
Baca juga: Kemendikbud: Mahasiswa juga akan segera divaksinasi
Baca juga: Pakar: Industri baterai kendaraan lisrik dapat angin segar
Baca juga: Dikti dorong pelaksanaan reformasi birokrasi dan zona integritas
Pewarta: Suryanto
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021