Para pemerintah pada Senin akan mendorong kesepakatan tentang cara membantu negara-negara rentan untuk menghadapi pemanasan global dan mengompensasi mereka atas kerusakan yang sudah terjadi.Kita harus bertindak sekarang agar perubahan iklim berhenti mendorong banyak orang pada kemiskinan. Kita tahu bahwa dampak iklim secara tak berimbang mempengaruhi mereka yang sudah rentan
Upaya itu akan menjadi ujian apakah negara-negara maju dan berkembang mampu mengakhiri kebuntuan tentang biaya perubahan iklim.
Pada awal pekan yang penting di konferensi iklim PBB (COP26) di Glasgow, para menteri dari berbagai negara akan berusaha memenuhi komitmen untuk mengganti kerugian dan kerusakan.
Mereka juga akan membahas cara terbaik membantu negara-negara beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.
Inggris, yang menjadi tuan rumah COP26, akan kembali memimpin upaya global dengan mengumumkan pendanaan baru senilai 290 juta pound (Rp5,6 triliun), termasuk bantuan bagi negara-negara Asia Pasifik untuk mengatasi dampak pemanasan global.
Baca juga: Apa arti pemanasan global 1.5C dan 2C?
Pemerintah Inggris mengatakan pendanaan itu akan menjadi yang pertama dari miliaran dolar dana global tambahan yang telah dijanjikan negara-negara kaya seperti Amerika Serikat, Jepang dan Denmark.
Semua dana itu akan digunakan untuk adaptasi dan ketahanan negara-negara rentan, banyak di antaranya telah mengalami dampak terburuk perubahan iklim.
Negara-negara berkembang meminta lebih banyak bantuan dana untuk membantu mereka beradaptasi dengan suhu lebih tinggi yang telah memicu kekeringan, banjir, dan kebakaran hutan.
Namun, negara-negara maju telah mendorong agar pendanaan ditujukan untuk memangkas emisi karbon.
"Kita harus bertindak sekarang agar perubahan iklim berhenti mendorong banyak orang pada kemiskinan. Kita tahu bahwa dampak iklim secara tak berimbang mempengaruhi mereka yang sudah rentan," kata Anne-Marie Trevelyan.
Baca juga: Ikhtiar dunia dan Indonesia menghadapi perubahan iklim
Trevelyan ditunjuk pemerintah Inggris untuk mengurusi adaptasi dan ketahanan terhadap perubahan iklim.
"Kita mengharapkan perubahan signifikan yang akan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan masa depan yang tahan iklim bagi semua, tak ada satupun yang tertinggal," kata dia dalam pernyataan.
Setelah melewati pekan yang penuh janji dan negara-negara kaya dituduh telah mengingkari komitmen mereka sebelumnya, sesi pembicaraan pada Senin akan fokus pada penjelasan para menteri tentang adaptasi, kerugian, dan kerusakan.
Baca juga: China, India, AS, Australia tak teken ikrar stop pakai batubara
Tinggal Lima Hari Lagi
Tinggal lima hari lagi bagi COP26 untuk mencapai kesepakatan yang diperlukan agar peluang mencapai target kenaikan suhu tidak melebihi 1,5 derajat Celcius di atas level pra-industri tetap terjaga.
Negara-negara kaya ingin menunjukkan bahwa mereka mampu memenuhi janji-janji sebelumnya. Negara-negara berkembang kemungkinan akan bersikap hati-hati.
Pada konferensi iklim PBB di Kopenhagen 12 tahun lalu, negara-negara kaya berjanji memberikan $100 miliar dolar (Rp1,4 kuadriliun) per tahun kepada negara-negara berkembang sampai 2020 untuk membantu mereka beradaptasi dengan perubahan iklim.
Janji itu tidak terealisasi dan pada COP26 negara-negara kaya mengatakan mereka akan memenuhinya paling telat pada 2023.
Hal yang bisa jadi masalah rumit bagi negara-negara kaya adalah bagaimana mereka harus mengompensasi negara-negara belum maju atas kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan oleh emisi masa lalu, sebuah topik yang belum memiliki janji-janji konkret.
Sumber: Reuters
Baca juga: Jepang catat nol kematian COVID untuk pertama kali dalam 15 bulan
Baca juga: China catat 89 kasus baru COVID-19, naik dari 74 kasus
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021