"Dalam pelaksanaannya rehabilitasi mangrove tidak mungkin hanya dilaksanakan dengan menanam, maka harus ada pendekatan institusional, baik melalui edukasi, sekolah lapang, sosialisasi, publikasi dan juga melalaui pemberdayaan masyarakat, pendampingan serta penyuluhan," kata Sestama BRGM Ayu Dewi dalam diskusi Indonesia Pavillion dalam rangka COP-26 UNFCCC yang dipantau virtual dari Jakarta,, Senin.
Pada keseluruhan kegiatan ini, kata dia, BRGM mengarahnya ke pembentukan Desa Mandiri Peduli Mangrove, dalam proses kemajuan Tahun 2021 ini direncanakan sekitar 200 desa yang akan disusun.
Hal itu, ujarnya, dilakukan untuk memastikan percepatan rehabilitasi mangrove dengan BRGM ditargetkan melakukan rehabilitasi di sekitar 600.000 hektare yang berada di sembilan provinsi prioritas.
Menurut Ayu Dewi, tujuan utama dari berbagai langkah tersebut adalah ekosistem mangrove yang lestari sehingga mampu meningkatkan produktivitas dan fungsinya untuk lingkungan sekitar.
Untuk itu peningkatan keterlibatan para pihak terus didorong, mengingat rehabilitasi mangrove bukanlah hal yang bisa dilakukan sendiri dan membutuhkan keterpaduan berbagai pemangku kepentingan untuk memastikan kelestarian dan pemberdayaan masyarakat sekitar ekosistem mangrove.
Pemberdayaan, katanya, bisa dilakukan dengan pemanfaatan sebagai wisata atau berbagai produk lain yang dihasilkan dari keberadaan mangrove.
"Dengan pengelolaan mangrove harapannya masyarakat memperoleh manfaat dan dengan mereka memperoleh manfaat akan dijaga," demikian Ayu.
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021