• Beranda
  • Berita
  • Luhut siapkan insentif menarik dorong investasi farmasi

Luhut siapkan insentif menarik dorong investasi farmasi

8 November 2021 19:54 WIB
Luhut siapkan insentif menarik dorong investasi farmasi
Tangkapan layar Menko Kemaritiman dan Investasi sekaligus Koordinator PPKM Jawa-Bali Luhut Binsar Pandjaitan. ANTARA/HO-Youtube Biro Pers Setpres/am.

Kami juga berencana memberikan insentif seperti tax holiday (pembebasan pajak) yang lebih menarik, kami juga menyiapkan kawasan industri untuk sektor industri farmasi, sehingga bisa terbentuk ekosistem produksi yang lebih baik

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan pemerintah akan menyiapkan skema insentif yang menarik untuk mendorong investasi di sektor farmasi.

Dalam sambutan secara virtual pada Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Sediaan Farmasi, Senin, Luhut mengatakan insentif akan ditawarkan tidak hanya kepada BUMN tetapi juga swasta.

"Kami juga berencana memberikan insentif seperti tax holiday (pembebasan pajak) yang lebih menarik, kami juga menyiapkan kawasan industri untuk sektor industri farmasi, sehingga bisa terbentuk ekosistem produksi yang lebih baik," kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin.

Luhut menegaskan pentingnya Indonesia memiliki kemandirian dan ketahanan industri farmasi secara nasional. Indonesia dinilai harus bisa mewujudkan ketahanan industri farmasi di dalam negeri menyusul pengalaman dilanda pandemi Covid-19.

Koordinator PPKM Jawa-Bali itu juga menyampaikan pandemi Covid-19 telah banyak memberikan pelajaran berharga bagi negara di dunia termasuk Indonesia.

Pasalnya, ketika pandemi menghantam dunia banyak negara yang melakukan restriksi ekspor obat, vaksin dan alat kesehatan. Kondisi tersebut menyulitkan Indonesia ketika itu dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri, terutama saat India dilanda Covid-19 varian Delta dan China melaksanakan vaksinasi secara masif.

"Kita sulit mendapatkan suplai vaksin, meskipun sudah ada perjanjian penjadwalan pengirimannya, misalnya dari India waktu itu," ungkapnya.

Karena itu, lanjut Luhut, Indonesia harus membangun industri di dalam negeri untuk sektor kesehatan. Indonesia disebutnya tidak bisa hanya mengandalkan suplai dari luar negeri. Dengan demikian, jika ke depan pandemi terjadi lagi, maka tidak ada masalah dari sisi kefarmasian.

"Kita tidak keteteran seperti yang kemarin dan pemerintah siap menjadi uptaker dari produksi di dalam negeri melalui program pengadaan. Produksi dalam negeri akan menjadi prioritas dan ini saya lihat berlaku di banyak negeri di dunia, mereka memprioritaskan produksi dalam negerinya," jelasnya.

Luhut menambahkan Indonesia tidak boleh ketinggalan atau kecolongan lagi untuk membenahi sektor farmasi, umumnya dunia kesehatan.

Menurut dia, sudah cukup Indonesia merasakan kesulitan yang dialami saat pandemi Covid-19. Presiden Joko Widodo pun sudah memerintahkan dirinya bersama Menteri Kesehatan untuk sama-sama melakukan dan membawa industri obat-obat ke dalam negeri.

"Saya Ketua TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri), saya mendorong ini dan kita buat aturan yang melindungi upaya dan usaha-usaha kita ini," katanya.

Di sisi lain, untuk mendorong masuknya investasi sektor farmasi, Luhut telah melakukan komunikasi hingga penjajakan serius dengan perusahaan-perusahaan farmasi mancanegara seperti Merck, Pfizer, dan Johnson & Johnson.

Luhut bahkan sudah bertemu langsung dengan perusahaan-perusahaan farmasi tersebut di New York, AS, dan mendapatkan respons positif.

"Saya bertemu dengan mereka dan kami mengundang mereka untuk berinvestasi di Indonesia pada bidang farmasi terutama obat dan vaksin yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar. Dan kita sudah dalam proses penjajakan sehingga kita mau industri itu ada di dalam negeri," imbuhnya.

Baca juga: Kemenkes: TKDN minimal untuk industri farmasi akan naik jadi 55 persen
Baca juga: RI sebagai pusat vaksin global bisa bantu kemandirian industri farmasi
Baca juga: Komisi IX pertimbangkan pembuatan omnibus law sektor kesehatan

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021