"Perjuangan terberat kita hari ini adalah perjuangan melawan lupa. Makanya belajar sejarah itu berat. Orang cenderung melupakan sejarah. Padahal Bung Karno berpesan dalam pidatonya pada akhir jabatan sebagai presiden, yaitu tahun 1966, untuk jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," kata Asep kepada ANTARA, ditulis Rabu.
Hal itu dia katakan berkaitan dengan peringatan Hari Pahlawan pada hari ini.
Baca juga: Usmar Ismail dan pertanyaan tentang identitas kebangsaan kita
Dengan mempelajari sejarah, Asep mengatakan bahwa semua orang akan semakin menyadari bahwa Indonesia merupakan hasil dari tetesan keringat, air mata, bahkan nyawa dari para pahlawan bangsa.
Lebih lanjut, dia menambahkan, jika seseorang sudah memahami sejarah, maka dalam hatinya akan tumbuh rasa cinta kepada pahlawan dan negara.
"Sama halnya kalau kita tahu orang tua kita membesarkan kita, melahirkan kita, jual tanah atau rumah demi kita, maka sebagai anak akan semakin sayang pada orang tua," tutur Asep.
"Begitupun negara. Makin tahu perjuangan pahlawan bangsa, maka kita akan makin cinta dengan Indonesia. Jadi, benteng kita adalah pemahaman sejarah," lanjutnya.
Di era digital saat ini, menurut Asep, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mempelajari sejarah, salah satunya melalui konten yang dibagikan di media sosial.
"Karena baca buku atau mendengarkan guru dirasa membosankan, maka belajar sejarahnya coba pakai TikTok, SnackVideo, atau Instagram. Nah, itu hal-hal sederhana yang bisa dilakukan," ujar dia.
Oleh karena itu, menurut Asep, maraknya media sosial saat ini seharusnya dapat dimanfaatkan oleh generasi muda untuk menumbuhkan jiwa nasionalisme dan patriotisme.
Selain itu, melalui konten-konten positif bertema sejarah di media sosial, Asep mengatakan generasi muda saat ini akan dikenang sebagai generasi yang memberikan kontribusi positif, yaitu dalam perjuangan melawan lupa.
Baca juga: Makna dan pesan para selebritas di Hari Pahlawan
Baca juga: Melanie Subono: Semua orang bisa jadi pahlawan
Baca juga: Kisah dua pahlawan masa kini, beri kesempatan kerja ratusan orang
Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021