Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan isu industri 4.0 untuk pertama kalinya akan menjadi salah satu fokus utama dalam G20 yakni pada 2022 ketika Indonesia menjadi tuan rumah.
“Di bawah Presidensi Indonesia di G20 untuk pertama kalinya isu industri masuk menjadi salah satu isu utama,” katanya di Jakarta, Rabu.
Isu itu akan masuk dalam pertemuan Trade Investment and Working Group (TIWG) G-20 pada 2022 yang telah dipersiapkan terlebih dahulu melalui pelaksanaan Regional Conference on Industrial Development (RCID) ke-2 pada 10 sampai 11 November 2021.
Tujuan penyelenggaraan RCID ke-2 adalah menunjukkan upaya pemerintah dalam membina kerja sama di kawasan Asia Pasifik terkait implementasi industri 4.0 bagi pembangunan industri inklusif dan berkelanjutan.
Hal tersebut dilakukan melalui peningkatan partisipasi UKM pada Global Value Chains (GVC), penguatan SDM IKM, pelaksanaan ekonomi sirkular, dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam.
Baca juga: Airlangga : Pengembangan ekonomi digital harus targetkan pasar global
Kegiatan RCID ke-2 berfokus pada cara menghadapi tantangan sekaligus mengoptimalisasi peluang dan manfaat dari revolusi industri keempat.
Airlangga berharap pelaksanaan RCID dengan tema Unlocking the Potential of Industry 4.0 for Developing Countries dapat menghasilkan gagasan dan terobosan bagi negara berkembang untuk mendorong partisipasi UMKM dalam GVC.
Kemudian juga penguatan sumber daya manusia, implementasi sirkular ekonomi serta optimalisasi penggunaan sumber daya melalui industri hijau di masa pandemi COVID-19 dan post pandemi.
Baca juga: Airlangga: Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2021 harus capai 6 persen
Adapun fokus TIWG adalah untuk memberikan pemulihan yang kuat bagi ekonomi G20 termasuk dengan membuat kemajuan dalam diskusi G20 tentang industri 4.0.
Oleh sebab itu, pelaksanaan RCID ke-2 dianggap sebagai forum pengantar untuk membahas isu-isu terkait industri 4.0 dan mempersiapkan masukan regional Asia Pasifik untuk selanjutnya dibahas dalam forum G20.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021