"Jadi di satu sisi menguntungkan Telkom sebagai BUMN yang akan bisa memberikan pajak melalui dividen untuk negara. Di sisi lain, juga bisa dinikmati masyarakat, khususnya yang berada di 3T," kata Nevi Zuairina dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Sebab, menurut Nevi, dengan adanya IPO ini berarti anak perusahaan dari PT Telkom Indonesia tersebut akan mendapatkan dana segar hingga Rp25 triliun dengan melepas 29,85 persen saham ke publik.
Menurut dia, masyarakat terutama di daerah 3T harus mendapatkan hak yang sama dengan masyarakat lainnya terkait kemudahan akses telekomunikasi.
Selain itu, saat ini sedang berlangsung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang membutuhkan infrastruktur teknologi melalui pembangunan menara telekomunikasi 5G hingga ke daerah terpencil.
"Apalagi di zaman pandemi begini, kita sekolahnya sudah pakai online, sehingga sangat dibutuhkan teknologi 5G ini. Jangan ada lagi nanti ada istilah negeri tanpa sinyal untuk di Indonesia," jelas Nevi.
Dengan adanya IPO ini pula, Nevi berharap dapat mengeluarkan Indonesia dari daftar 10 negara dengan kecepatan internet terendah di dunia sehingga dari sisi bisnis menguntungkan perusahaan, dari sisi penerimaan menguntungkan negara, dan dari sisi kekuatan sinyal dapat menguntungkan masyarakat.
IPO tersebut dijadwalkan berlangsung pada 22 November. Mitratel merupakan salah satu pemimpin pasar dalam layanan jasa industri penyedia menara saluran telekomunikasi.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir berharap IPO Mitratel mampu memberikan dampak positif yang berkelanjutan.
"Selamat kepada Mitratel atas penawaran saham perdana. IPO Mitratel diharapkan mampu memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi Mitratel, Telkom Group, BUMN, dan negara Republik Indonesia," ujar Erick Thohir seperti dikutip dari akun resmi Instagram Mitratel yakni @mitratel di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
Menurut Erick, IPO tersebut juga untuk membangun market leadership di industri tower provider yang merupakan infrastruktur telekomunikasi nasional oleh perusahaan BUMN, dan anak usaha demi memperkuat ketahanan digital nasional.
Mitratel membidik dana segar hingga Rp24,9 triliun dari aksi IPO perseroan.
Mitratel melepas 24,54 miliar saham atau 29,85 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO dengan nilai nominal Rp22 per saham.
Perseroan menetapkan harga penawaran awal Rp775 per saham hingga Rp975 per saham sehingga dana yang diperoleh akan mencapai Rp19,02 triliun hingga Rp24,9 triliun.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021