• Beranda
  • Berita
  • Pentingnya menilai cadangan ovarium untuk program bayi tabung

Pentingnya menilai cadangan ovarium untuk program bayi tabung

13 November 2021 06:46 WIB
Pentingnya menilai cadangan ovarium untuk program bayi tabung
Ilustrasi program bayu tabung (ANTARA/Shutterstock/VerNel)
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi, dan Reproduksi dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc mengatakan bahwa salah satu hasil pemeriksaan awal yang cukup penting bagi program bayi tabung adalah menilai cadangan ovarium calon ibu.

"Cadangan ovarium yang rendah dapat mengurangi kemungkinan untuk memperoleh keturunan. Sebaliknya, jumlah cadangan telur yang terlalu tinggi juga dapat menjadi penanda adanya sebuah kondisi gangguan pematangan telur, yang juga dapat menyebabkan gangguan kesuburan," ujar dr. Yassin dalam keterangan resminya dikutip pada Sabtu.

Cadangan ovarium atau ovarium reserve mengacu pada jumlah dan kualitas sel telur seorang wanita, yang sangat erat kaitannya dengan potensi reproduksi.

Potensi reproduksi sendiri adalah kemampuan seorang perempuan untuk dapat menghasilkan setidaknya satu sel telur sehat yang siap dibuahi.

Dokter lulusan Universitas Padjajaran ini menjelaskan, berbeda dengan sperma yang dapat diproduksi terus-menerus, sel telur wanita hanya diproduksi satu kali seumur hidup.

Saat seorang bayi perempuan lahir, dia sudah memiliki sekitar tujuh ratus ribu hingga sejuta sel telur. Jumlah tersebut terus berkurang seiring bertambahnya usia.

Ketika mendapatkan haid pertamanya, cadangan telur ini tinggal empat ratus ribu. Penurunan yang drastis terjadi saat seorang wanita memasuki usia 35-37 tahun, apabila sel telur wanita sudah habis, maka dia tidak lagi subur.

Baca juga: Persiapan, risiko hingga tingkat keberhasilan program bayi tabung

Kondisi ini umumnya terjadi sekitar usia 40 tahun, diikuti dengan menopause sepuluh tahun kemudian. Meski demikian, usia menopause setiap wanita berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor, seperti riwayat penyakit dan gaya hidup.

"Beberapa wanita dapat kehilangan sel telurnya lebih cepat, dan beberapa lainnya lebih lambat," kata dr. Yassin.

Lebih lanjut dr. Yassin menjelaskan, usia seorang perempuan merupakan parameter paling sederhana sekaligus paling penting dalam memprediksi potensi reproduksinya.

Semakin muda usia seorang wanita untuk menjalani program kehamilan, seperti bayi tabung maka success rate-nya semakin besar. Sebab jumlah sel telur yang dimiliki masih lebih banyak dibandingkan pada wanita yang menjalani program kehamilan pada usia yang lebih lanjut.

Meski demikian, ada beberapa kondisi di mana wanita di usia reproduksi memiliki cadangan sel telur yang kurang baik (poor ovarium reserve).

Beberapa penyebab kondisi cadangan sel telur yang rendah antara lain, kebiasaan merokok, memiliki endometriosi, memiliki riwayat operasi di indung telur, terpapar bahan-bahan toksik kimiawi, tindakan kemoterapi atau terkena paparan radiasi dalam jumlah banyak, autoimun, penyakit infeksi virus HIV, kelainan genetik
serta Idiopatik/faktor yang tidak dapat dijelaskan.

dr. Yassin juga mengatakan tidak ada jenis makanan, vitamin, atau terapi yang dapat menambah cadangan telur. Maka, untuk wanita yang sudah menikah selama setahun, berhubungan intim rutin tanpa menggunakan kontrasepsi namun belum mendapatkan keturunan, atau bagi wanita yang sudah menginjak usia 35 tahun, sebaiknya tidak perlu menunggu setahun.

"Segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi. Waspada, berkurangnya cadangan telur dapat terjadi tanpa gejala," kata dr. Yassin yang berpraktek di RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah, Pondok Indah.

Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menilai potensi reproduksi seorang wanita. Beberapa tes khusus untuk kedua metode yang umum digunakan di klinik meliputi usia kronologis atau merupakan parameter yang baik untuk menilai potensi reproduksi.

Kemudian mengukur kadar Anti Mullerian Hormone (AMH). Pengambilan sampel dalam tes hormon ini dilakukan dengan mengambil sampel darah. Kadar AMH digunakan untuk memperkirakan cadangan ovarium atau menilai usia biologis seorang perempuan.

Selanjutnya, penilaian folikel antral basal (FAB), ini dapat dilakukan melalui pemeriksaan USG transvaginal dengan melihat jumlah folikel (kantong sel telur) yang ada pada ovarium seorang perempuan. Folikel antral basal merupakan folikel yang berukuran 2-9 milimeter.

Cadangan ovarium sendiri dapat berbeda dari waktu ke waktu sehingga cara yang terbaik untuk mengkonfirmasi hasil suatu pemeriksaan adalah dengan melakukan pemeriksaan tambahan.

"Akan tetapi perlu dipahami bahwa metode pengujian cadangan ovarium yang tersedia saat ini hanya dapat menyediakan informasi jumlah sel telur yang tersisa, tetapi tidak dapat memberikan gambaran secara detail mengenai kualitas sel telur," jelas dr. Yassin.

Baca juga: Faktor penting untuk keberhasilan inseminasi buatan

Baca juga: Periksa sperma tindakan pertama pada kasus gangguan kesuburan

Baca juga: Akupuntur bermanfaat dalam program bayi tabung

 

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021