Diterbitkan menjelang rencana kunjungan Presiden Brazil Dilma Rousseff ke China bulan depan, laporan itu mengatakan perusahaan China telah mengumumkan investasi hampir 30 miliar dolar AS di Brazil, termasuk 8,6 miliar dolar AS yang saat ini sedang dalam negosiasi, demikian AFP melaporkan.
Sektor energi dan pertambangan merupakan 90 persen dari investasi tersebut, laporan oleh Brazil-China Business Council mengatakan.
Tapi investor China juga telah membuat pembelian langsung maupun tidak langsung lahan pertanian Brazil, terutama untuk produksi kedelai.
China sedang mencari "sebuah basis untuk persediaan sumber daya alam," kata studi tersebut.
Ekspor Brazil ke China juga naik cepat, melompat dari satu miliar dolar AS pada 2000 menjadi 30,7 miliar dolar AS tahun lalu.
Ekspor ini -- terutama kedelai, bijih besi, minyak dan komoditas lainnya -- membantu Brazil menjamin estimasi surplus perdagangan tahunan lima miliar dolar AS dengan China.
Kebanyakan impor Brazil dari China adalah produk manufaktur, yang melambung dari 1,2 miliar dolar AS pada 2000 menjadi 25,5 miliar dolar AS pada 2010.
Pertumbuhan ini telah begitu eksplosif bahwa China menggantikan Amerika Serikat pada 2009 sebagai mitra dagang terbesar Brazil. Dari tahun 2009 sampai 2010, perdagangan bilateral meningkat sebesar 52 persen.
Tetapi "sampai 2009, Brazil memiliki lebih banyak investasi lagi di China daripada China di Brazil," kata Norton Rapesta, yang mengepalai promosi usaha pada Departemen Luar Negeri Brazil.
"Amerika Latin adalah perbatasan terakhir yang menarik minat besar dari China, dan Brazil adalah mesin yang dinamis," kata Edileuza Reis, wakil menteri untuk urusan Asia di Kementerian Luar Negeri Brazil.
Brazil berharap ekspansi ekonomi ini juga akan menghasilkan manfaat nyata bagi bangsa Amerika Latin.
Ketika Rousseff berkunjung ke China pada 10-15 April, dia akan mencari kehadiran yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan Brazil di China, memastikan lebih banyak investasi China dalam pengembangan industri Brazil dan mengurangi pembelian bahan baku China, serta diversifikasi ekspor ke China.
"Kami ingin termasuk produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi dalam perdagangan dengan China, tetapi kita juga perlu melakukan diversifikasi investasi kami di China," kata Reis. (A026/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011