Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini meyakinkan kepada para peserta, termasuk di dalamnya para calon investor bahwa saat ini adalah momentum tepat untuk berinvestasi di Ibu Kota.
Ia pun menyodorkan beberapa indikator yang “dijual” kepada para pemilik modal di antaranya status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sudah diturunkan Pemerintah Pusat menjadi Level Satu.
Dengan penurunan status pembatasan kegiatan masyarakat itu maka sejumlah kegiatan di Ibu Kota dilonggarkan.
Meski dilonggarkan, namun penerapan protokol kesehatan (prokes) masih menjadi suatu keharusan karena pandemi COVID-19 ini masih belum menunjukkan tanda-tanda lenyap.
Kemudian soal vaksinasi juga menjadi bahan yang tidak terpisahkan dalam promosi untuk mendapatkan kucuran dana dari para investor.
Data hingga 9 November 2021, capaian vaksinasi warga di Ibu Kota sudah mendekati 11 juta orang untuk dosis pertama dan untuk dosis kedua sudah mencapai 8,5 juta orang.
Gubernur DKI ini meyakini indikator itu pula yang menempatkan Jakarta berada di peringkat 47 dari 50 besar kota di dunia soal penanganan COVID-19 terbaik.
Selain itu, dukungan untuk fasilitas penanganan pasien virus corona dari 190 rumah sakit di Jakarta, 140 di antaranya dialihkan menjadi rumah sakit yang menangani pasien COVID-19 agar penanganan menjadi lebih cepat.
Tak hanya soal PPKM dan vaksinasi, pertumbuhan ekonomi di Jakarta yang positif juga menjadi indikator ketiga untuk menarik minat para investor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta pada kuartal II-2021 pertumbuhan ekonomi di DKI mencapai 10,91 persen setelah pada kuartal I-2021 mengalami kontraksi 1,91 persen.
Namun pada kuartal III-2021 pertumbuhan ekonomi Jakarta mengalami perlambatan meski masih berada di zona positif yakni mencapai 2,43 persen.
Proyek infrastruktur
"Jakarta Investment Forum" (JIF) yang baru pertama diadakan pada 11-12 November 2021 merupakan strategi pemulihan ekonomi yang diinisiasi Pemprov DKI untuk mempromosikan peluang investasi.
Setidaknya ada empat isu yang ditawarkan DKI Jakarta untuk investasi di antaranya terkait keberlanjutan, mobilitas, kesehatan dan pariwisata.
Keempat isu tersebut diterjemahkan melalui tujuh proyek yang ditawarkan kepada para investor yakni infrastruktur yang dikelola oleh MRT Jakarta, Jakarta Propertindo (Jakpro) dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Baca juga: Kolaborasi pemerintah dan usaha pulihkan ekonomi lewat JIF 2021
Baca juga: DKI tawarkan tujuh proyek dalam JIF senilai Rp41,9 triliun
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Benni Aguscandra memaparkan tujuh proyek itu yakni pembangunan area ritel di Stasiun MRT Bundaran HI dengan estimasi nilai proyek mencapai Rp50 miliar.
Kemudian, MRT Fase 4 rute Fatmawati-Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan estimasi nilai proyek diperkirakan Rp28 triliun dan pembangunan kawasan ritel di Stasiun MRT Fatmawati dengan estimasi nilai proyek mencapai Rp29 miliar.
Selanjutnya, proyek LRT Kelapa Gading-Jakarta International Stadium (JIS) dengan nilai proyek Rp6,6 triliun dan pembangunan kawasan berorientasi transit (TOD) di Pegangsaan Dua senilai 103 juta hingga 106 juta dolar AS atau setara Rp1,53 triliun (kurs Rp14.500).
Selain itu, proyek Intermediate Treatment Facility (ITF) Bantargebang nilai proyek diperkirakan Rp3,8 triliun hingga Rp4,2 triliun dan proyek pengolahan sampah menghasilkan bahan bakar (Refuse Derived Fuel/RDF) di Bantargebang dengan estimasi nilai proyek Rp1,5 triliun.
Apabila dijumlahkan menggunakan perkiraan nilai tertinggi maka nilai
estimasi tujuh proyek itu diperkirakan mencapai Rp41,9 triliun.
Kemudahan investasi
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui DPMTSP menjanjikan kemudahan dalam investasi di Ibu Kota melalui Unit Pengelola Jakarta Investment Center (JIC) yang menjadi wadah untuk memfasilitasi investor potensial, melihat peluang di berbagai sektor di Jakarta.
JIC juga dapat memberikan pendampingan kepada para investor dalam dan luar negeri untuk mendukung kemudahan berinvestasi dan menyediakan layanan satu pintu melalui DPMPTSP.
Lembaga ini juga merupakan mitra strategis bagi pelaku usaha untuk mengetahui proyek potensial, nilai investasi dari setiap proyek serta menghubungkan pelaku usaha dengan perusahaan pengembang sampai dengan melakukan pendampingan pengurusan izin dan nonperizinan terkait investasi.
Sedangkan Pemerintah Pusat terus meningkatkan teknologi Online Single Submission (OSS) dan digitalisasi yang tujuannya untuk memberikan kemudahan bagi para pelaku usaha.
Dalam OSS terdiri dari sub sistem informasi, perizinan berusaha dan pengawasan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan para investor dan dunia usaha.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Kepala Unit Pengelola JIC Budya Pryanto mengatakan sudah ada minat dari investor Hong Kong untuk menanamkan modalnya di salah satu proyek yang digarap PT MRT Jakarta.
Investor tersebut bahkan sudah menyampaikan surat komitmen awal ketertarikan untuk berinvestasi atau Letter of Intent (LoI) setelah mengadakan seminar soal investasi sebelum diadakannya "Jakarta Investment Forum".
Baca juga: Investor Hong Kong tertarik investasi di proyek MRT Jakarta
Baca juga: JIC dampingi investor urus izin di Jakarta
Perkembangan investasi
Provinsi DKI Jakarta memegang peranan penting dalam menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dengan rata-rata mencapai 17 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), untuk kuartal II-2021, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku di Jakarta mencapai Rp721,5 triliun atau berkontribusi sebesar 17,23 persen terhadap PDB nasional yang mencapai Rp4.175,8 triliun.
Terkait investasi di Ibu Kota, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat selama periode 2016 hingga 2021, DKI Jakarta selalu berada di posisi lima besar tujuan investasi baik untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA).
Selama 2018-2020, DKI Jakarta berada di posisi kedua setelah Jawa Barat dengan realisasi investasi dalam negeri dan asing pada 2020 mencapai Rp95 triliun atau menguasai porsi dari total investasi mencapai 11,5 persen.
Sedangkan realisasi investasi PMDN dan PMA selama Januari-September 2021, DKI Jakarta juga menduduki posisi kedua dengan realisasi investasi mencapai Rp72,5 triliun atau 11 persen dari total nilai investasi di Indonesia mencapai Rp659,4 triliun.
Pandemi dan ekonomi memang dua hal berbeda tapi nyatanya keduanya memberikan pengaruh luar biasa bagi kehidupan manusia.
Pastinya, apabila ekonomi ingin terus tumbuh, segala upaya harus dilakukan untuk memastikan kesehatan masyarakat terutama penanggulangan pandemi COVID-19.
Vaksinasi hingga protokol kesehatan sudah tentu menjadi barang wajib yang harus dilakukan untuk memastikan ekonomi yang berurusan langsung dengan urusan perut manusia itu bisa terjaga.
Tentunya masyarakat kini menantikan realisasi investasi yang dijalankan melalui "Jakarta Investment Forum" sehingga mampu menyerap tenaga kerja khususnya yang terampil teknologi dan akhirnya mendorong perekonomian daerah dan nasional.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2021