Industri pengolahan mencatatkan nilai ekspor sebesar 143,76 miliar dolar AS sepanjang Januari-Oktober 2021, meningkat 35,53 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 106,08 miliar dolar AS.
“Sektor industri manufaktur masih konsisten memberikan kontribusi paling besar terhadap capaian nilai ekspor nasional. Artinya, sektor industri masih punya tingkat resiliensi yang tinggi terhadap berbagai tentangan global, termasuk dampak pandemi Covid-19,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Senin.
Baca juga: Menperin: Industri otomotif sangat kencang pertumbuhannya
Menperin menegaskan sektor industri manufaktur memiliki peranan penting terhadap pembentukan struktur neraca perdagangan nasional. Pada Januari-Oktober 2021, neraca perdagangan sektor industri pengolahan menunjukkan surplus sebesar 26,33 miliar dolar.
“Melihat kinerja ini, saya kira tidak lepas dari peran serta seluruh pihak yang bahu membahu dalam penanganan pandemi Covid-19. Sehingga kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia dapat berangsur membaik, saya mendapat laporan bahwa order-order dari luar negeri makin kencang ke Indonesia,” kata Menperin melalui keterangan tertulis.
Ini terlihat ada beberapa sektor industri yang mengalami kenaikan ekspor, misalnya industri otomotif yang ekspor CBU-nya naik 30 persen, kemudian industri elektronika rumah tangga yang naik dua kali lipat ekspornya.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor industri pengolahan pada Oktober 2021 mencapai 16,07 miliar dolar AS dan memberikan kontribusi sebesar 72,94 persen dari total nilai ekspor di bulan kesepuluh tahun ini yang mencapai 22,03 miliar dolar.
Nilai ekspor industri pengolahan pada Oktober 2021 naik 3,61 persen dibanding September 2021, dan meningkat 36,50 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Pangsa pasar utama eskpor nonmigas Indonesia di antaranya China, Amerika Serikat, Jepang, dan India. Pada Oktober 2021, pangsa ekspor Indonesia ke ASEAN sebesar 3,55 miliar dolar dan ke Uni Eropa sebesar 1,54 miliar dolar.
Menperin bertekad mewujudkan sektor industri nasional yang mandiri, berdaulat, maju, dan berdaya saing global, sejalan dengan target besar dari peta jalan Making Indonesia 4.0 untuk menjadikan Indonesia masuk jajaran 10 besar negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada 2030.
Baca juga: Menperin: Pelaksanaan RCID momentum percepat transformasi Industri 4.0
Dalam kerangka pembangunan industri yang mandiri dan berdaulat, Kemenperin terus mendorong optimalisasi beberapa program, di antaranya program substitusi impor 35 persen tahun 2022, program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), dan hilirisasi sumber daya alam.
Selanjutnya, upaya mewujudkan industri yang maju dan berdaya saing dilakukan melalui empat program. Pertama, program Making Indonesia 4.0. Kedua, program industri hijau dan industri biru. Ketiga, program stimulus produksi dan daya beli. Keempat, implementasi non-tarrif barrier.
“Kemudian kebijakan atau program yang mengarah pada upaya mewujudkan industri yang berkeadilan dan inklusif di antaranya adalah implementasi harga gas bumi tertentu. Selain itu, program pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) serta Bangga Buatan Indonesia (BBI), pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa, serta program industri halal,” kata Menperin Agus.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021