Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Eri Cahyadi menyiapkan langkah untuk mengantisipasi gelombang ketiga COVID-19 atau varian delta plus yang sudah ditemukan di beberapa negara.Kalau melihat enam indikator PPKM Level 1 di Kota Surabaya, hingga hari ini angka kematian sudah 0. Kemudian, rawat inap rumah sakit 0,65 dan kasus konfirmasi 1,78.
Eri Cahyadi di Surabaya, Selasa, mengatakan, pihaknya telah menyampaikan langkah tersebut pada rapat percepatan vaksinasi antisipasi COVID-19 varian baru dan persiapan Natal Tahun Baru 2022 dengan Forkopimda Jatim di Grand City, Senin (15/11) malam.
"Kalau melihat enam indikator PPKM Level 1 di Kota Surabaya, hingga hari ini angka kematian sudah 0. Kemudian, rawat inap rumah sakit 0,65 dan kasus konfirmasi 1,78," ujarnya.
Baca juga: Dinkes Gunung Kidul siapkan penambahan tempat tidur RS COVID-19
Untuk ke depan, kata dia, yang terpenting adalah kegiatan testing, tracing dan treatment (3T) terus dilakukan secara konsisten. Hingga saat ini, testing di Kota Surabaya berada di angka 0,12, dengan tracing 29,63 dan treatment 1,34.
"Artinya, kapasitas 3T di Surabaya tergolong sudah memadai," ujarnya.
Data per tanggal 14 November 2021 mencatat, masih ada 7 kasus aktif dari total sekitar 2,9 juta penduduk di Kota Surabaya. Meski kasus aktif masih berada di bawah angka 10, Wali Kota Eri mengaku tak ingin kecolongan.
Untuk itu, lanjut dia, pihaknya menyiapkan sejumlah langkah antisipasi lonjakan gelombang COVID-19. Langkah pertama adalah peningkatan kegiatan secara konsisten dan terintegrasi upaya 4T yakni tracking (pelacakan), tracing (Penelusuran), testing (pemeriksaan) dan treatment (perawatan kesehatan).
"Ini yang kami lakukan secara terus menerus hampir selama 24 jam sampai hari ini. Kami berkolaborasi dengan Puskesmas, kelurahan, kecamatan, Babinsa, Bhabinkamtibmas hingga relawan tracer," katanya.
Baca juga: Epidemiolog: COVID-19 masih ada di Indonesia
Pelaksanaan kegiatan testing juga berjalan dengan melibatkan tiga pilar, yakni pemkot, TNI, dan Polri. Sedangkan pelaksanaan Surveilans Aktif (Active Case Finding), dilakukan secara terintegrasi melalui pemeriksaan RT-PCR.
Wali Kota Eri menyatakan bahwa surveilans aktif diterapkan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi (Monev) pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi warga satuan pendidikan.
"Ini kami lakukan selama evaluasi untuk PTM di sekolah-sekolah. Meskipun kadang-kadang ada yang naik, setelah itu kamilakukan blocking area, bisa turun kembali," katanya.
Di sisi lain, operasi yustisi protokol kesehatan (prokes) secara konsisten siang dan malam dilakukan oleh jajaran tiga pilar kecamatan dan kelurahan. Wali Kota Eri menyebut, setiap hari, Tim Swab Hunter dan Vaksin Hunter berkeliling ke tempat-tempat keramaian. Mereka bertugas memastikan warga disiplin menjaga prokes.
Antisipasi gelombang ketiga juga dilakukan pemkot melalui pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk kasus positif CT <20. Apabila ditemukan CT <20, pemkot memastikan memberikan pelayanan ekstra kepada warga tersebut. Di lain hal, swab massal di wilayah berisiko tinggi di tingkat RT, RW hingga kelurahan, juga secara masif dilakukan.
"Kami menjaga betul jangan sampai kasusnya naik di Kota Surabaya. Penyekatan wilayah perbatasan juga kami lakukan dengan RT/RW untuk monitoring pelaku perjalanan. Kami selalu mengatakan bahwa kehebatan Surabaya ada pada kekuatan RT/RW, bukan Pemkot Surabaya," katanya.
Baca juga: Pengamat: Program vaksinasi perlu dikebut jelang akhir tahun
Sebagai langkah kuratif, Eri mengatakan bahwa Pemkot Surabaya melakukan evakuasi cepat kasus positif ke lokasi karantina yang telah disiapkan selama 24 jam. Satu di antaranya berada Hotel Asrama Haji (HAH), Kecamatan Sukolilo Surabaya.
"Warga yang sakit (positif) itu kami pisahkan. Kami berpikir kalau ingin bebas atau berkurang dari COVID-19, yang sakit kami berikan tempat tersendiri," ujarnya.
#ingatpesanibu
#sudahdivaksintetap3M
#vaksinmelindungikitasemua
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021