• Beranda
  • Berita
  • Gangguan ginjal pada pasien diabetes bukan disebabkan konsumsi obat

Gangguan ginjal pada pasien diabetes bukan disebabkan konsumsi obat

16 November 2021 19:25 WIB
Gangguan ginjal pada pasien diabetes bukan disebabkan konsumsi obat
Seorang dokter menunjuk layar monitor hasil pemeriksaan terhadap pasien pengidap penyakit batu saluran kemih di Rumah Sakit QIM, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (21/10/2021). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/wsj.
Masalah ginjal yang dialami pasien diabetes bukan disebabkan obatnya melainkan gula darah yang tak terkontrol, ungkap dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik dari Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. DR. dr. Sidartawan, SpPD-KEMD, FINASIM.

"Sebetulnya yang merusak ginjal itu kalau diabetes tidak terkontrol. Kalau gulanya tinggi terus terjadi kerusakan dan kalau sudah rusak maka tidak bisa balik," kata dia dalam media gathering secara daring bertajuk "Cegah Dini Komplikasi Ginjal Pada Penjuang Diabetes", Selasa.

Menurut Prof. Sidartawan, hingga saat ini pasien diabetes yang berkonsultasi pada dokter kerap menyatakan ketakutan mereka pada obat. Sebagian berpendapat, obat merusak ginjal.

Dia tak menampik memang ada obat-obatan tertentu yang tidak bisa dikonsumsi pasien bila ginjalnya bermasalah. Oleh karena itu, dokter biasanya akan memeriksa kondisi keseluruhan organ pasien seperti jantung dan ginjalnya untuk menentukan obat yang sebaiknya diberikan.

"Tergantung fungsi ginjal, ada obat yang boleh diberi dan tidak boleh diberi," kata dia yang mengatakan seringkali pasien tidak tahu dirinya terkena diabetes.

Hal senada juga diungkapkan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi dari Universitas Indonesia, dr. Tunggul D Situmorang, SpPD-KGH, FINASIM. Seperti Prof. Sidartawan, dia juga menegaskan penyebab rusaknya ginjal pada pasien diabetes bukan obat melainkan tidak dicapainya target pengendalian gula darahnya.

"Penyebab utama gagal ginjal bahkan sampai cuci darah adalah hipertensi dan diabetes yang tidak terkontrol," tutur dia.

Lebih lanjut, Tunggul mengatakan, hipertesi dan diabetes bisa muncul bersamaan. Sekitar dua dari tiga pasien yang harus cuci darah, disebabkan diabetes dan hipertensi.

"Kalau bisa dicegah secara dini, bisa dikendalikan gula darah dengan baik, kalau ada hipertensi dikendalikan dengan baik, maka kita akan bisa mencegah tidak gagal ginjal atau minimal memperlambat tidak sampai cuci darah," demikian pesan Tunggul.

Baca juga: Pasien diabetes disarankan cek ginjal tiga bulan hingga setahun sekali

Baca juga: Kenali RCC, kanker ginjal yang bisa disebabkan merokok dan obesitas

Baca juga: Eka Hospital gunakan metode "tanos" lawan batu ginjal

 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021