"Tentu kita harus bisa membuat upaya bagaimana kita bisa bekerja sama, bermitra untuk bersama-sama 'masuk ke dalam pengembangan PLTN itu sendiri yang generasi baru'," kata Handoko, dalam webinar nasional "Prof Talk: Siapkah Energi Nuklir Mendukung Net Zero Emission Indonesia?" di Jakarta, Selasa.
Handoko menuturkan perlu dipikirkan bersama dan melakukan justifikasi secara saintifik mengenai model PLTN yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia.
Oleh karenanya, ia mengajak seluruh periset tidak hanya di BRIN, tapi juga di perguruan tinggi dan institusi penelitian terkait untuk mempelajari PLTN yang akan dikembangkan di Indonesia, misalnya PLTN generasi ketiga yang sudah terbukti teknologinya atau generasi keempat.
"Kita harus membuat rasional dan juga justifikasi yang bisa diterima oleh semua pihak dengan segala kekurangan dan kelebihannya masing-masing dari semua opsi yang mungkin bisa kita ambil, termasuk lokasinya (PLTN) harus di mana," ujarnya.
Handoko mengatakan untuk masuk dalam pengembangan energi nuklir dengan generasi yang lebih baru, tentu membutuhkan banyak dukungan dari para pakar lintas disiplin ilmu sekaligus mencari dan menciptakan pakar-pakar baru dari generasi muda untuk bisa mendukung energi nuklir Indonesia di masa mendatang.
Ia menuturkan hal-hal terkait pembangunan PLTN harus dipersiapkan dengan matang, namun tidak boleh terlalu lama karena kebutuhan energi di Tanah Air dengan populasi penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi akan semakin meningkat sehingga diperlukan pasokan energi yang andal dan stabil.
Dengan kematangan dan penguasaan teknologi terbaru bidang PLTN yang dimiliki, maka dapat menjadi mitra yang setara dengan mitra usaha atau para pelaku usaha yang terkait dengan pengembangan PLTN.
Di sisi lain, Indonesia menargetkan emisi nol bersih atau net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060.
Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah Indonesia mengatakan di samping menargetkan untuk secara bertahap menghentikan operasi pembangkit listrik yang sumber energinya dari batu bara, juga memaksimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).
Bahkan Pemerintah Indonesia menuturkan opsi penggunaan nuklir direncanakan akan dimulai pada 2045 dengan kapasitas hingga mencapai 35 Giga Watt (GW) pada 2060.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021