Ganip menjabarkan potensi bencana tersebut bisa dikendalikan jika tata kelola lingkungan baik sebagaimana fungsinya dan diimbangi dengan perilaku masyarakat untuk lebih peduli dan memahami tentang pemanfaatan alam yang berkelanjutan guna kehidupan di masa depan.
“Kalau kita melihat dan mengevaluasi itu, maka bencana hidrometeorologi sebenarnya bencana yang bisa kita cegah. Dengan apa? Dengan penggunaan ruang hidup yang benar, kemudian perilaku masyarakat kita yang memahami tentang penggunaan alam dan seisinya itu untuk kehidupannya,” ujar Ganip dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Selasa.
Ganip bersama jajaran BNPB lainnya sempat melakukan pemantauan udara kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kapuas dan Melawi yang melintasi wilayah Provinsi Kalimantan Barat pada Selasa (9/11).
Dari pemantauan udara tersebut, tim menemukan adanya kerusakan lingkungan maupun bentang alam yang masif di beberapa titik tak jauh dari bantaran sungai.
Menurut Ganip, kerusakan bentang alam tersebut diduga menjadi faktor yang membuat berkurangnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hingga kemudian memicu banjir besar di beberapa lokasi, seperti Kabupaten Melawi, Kabupaten Sintang, Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau di Kalimantan Barat, sejak satu bulan terakhir.
Presiden Joko Widodo mengatakan sebagai upaya rehabilitasi dan pemulihan daerah tangkapan hujan di sekitar Sungai Kapuas, pemerintah akan fokus melakukan perbaikan lingkungan di daerah itu dan dimulai tahun depan.
Presiden menginginkan agar daerah tangkapan hujan dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga ada penghijauan kembali di daerah-daerah hulu, di daerah-daerah tangkapan hujan.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021