• Beranda
  • Berita
  • Dokter: Perokok sangat rentan terkena penyakit mematikan ketiga dunia

Dokter: Perokok sangat rentan terkena penyakit mematikan ketiga dunia

17 November 2021 17:14 WIB
Dokter: Perokok sangat rentan terkena penyakit mematikan ketiga dunia
Ilustrasi dokter melihat hasil rontgen paru- paru. (ANTARA/HO/Pexels)

Penyakit PPOK sampai saat ini di Indonesia ada 4,8 juta kasus

Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengungkapkan bahwa perokok sangat rentan terkena penyakit mematikan nomor tiga di dunia yaitu Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang disebabkan oleh pajanan polusi udara atau zat beracun seperti yang ada pada asap rokok.

"Penyakit PPOK sampai saat ini di Indonesia ada 4,8 juta kasus menurut survei yang ada. Terutama terjadi pada usia tua dan mereka yang terpajan polusi udara dan asap rokok, paling banyak disampaikan adalah akibat asap rokok," kata Dr dr Susanthy Djajalaksana Sp.P(K) FISR dalam koneferensi pers daring tentang peringatan Hari Pneumonia Sedunia dan Hari PPOK Sedunia yang dipantau di Jakarta, Rabu.

PPOK adalah penyakit yang menyebabkan peradangan di saluran pernapasan yang sifatnya lama kelamaan akan semakin berat atau memburuk. Fungsi saluran napas penderita PPOK akan terus memburuk apabila tidak diobati dengan benar guna mencegah terjadinya pemburukan.

PPOK diakibatkan oleh pajanan zat beracun, polusi, atau iritan lainnya pada saluran napas. Pajanan asap rokok dan polusi udara yang terlampau sering paling banyak menjadi penyebab munculnya penyakit tidak menular ini. Pajanan asap rokok didapatkan bukan hanya dari perokok itu sendiri, tapi bisa juga orang yang tidak merokok namun sering berada di lingkungan orang yang merokok.

Baca juga: Waspadai penyakit paru obstruktif kronik yang memperburuk COVID-19

Baca juga: Beda COVID-19 dan penyakit paru obstruktif kronik


Gejala yang dialami oleh penderita PPOK adalah sulit bernapas atau sesak. Begitu seseorang terkena penyakit PPOK, maka fungsi saluran pernapasan penderitanya tidak akan pernah bisa kembali ke kondisi normal. Oleh karena itu terapi pengobatan PPOK dilakukan seumur hidup pasiennya dengan tujuan mencegah mengarah ke kondisi yang lebih buruk, bukan untuk memperbaiki fungsi organ.

Orang yang menderita PPOK sangat rentan terkena penyakit lainnya mulai dari penyakit jantung iskemik, COVID-19, atau bahkan kanker paru. Ketika seorang penderita PPOK terkena penyakit lain tersebut, maka tingkat keparahannya lebih berat dibandingkan dengan orang tanpa PPOK.

PPOK merupakan penyakit yang ditemukan pada tahun 1990 dan merupakan penyakit penyebab kematian nomor enam di dunia. Para peneliti memprediksi PPOK akan menjadi penyakit penyebab kematian lebih berbahaya.

Dan benar saja pada 2002 penderita PPOK terus meningkat menjadi penyebab kematian nomor lima di dunia. Peneliti juga memprediksi peringkat penyebab kematian akibat PPOK terus menanjak pada 2020, namun pada 2019 PPOk telah menjadi penyakit penyebab kematian nomor tiga dunia dengan lebih dari 300 juta kasus di seluruh dunia setiap tahunnya. Di Indonesia, penyakit PPOK diketahui sebanyak 4,8 juta kasus.

Baca juga: Dalam 20 tahun, rata-rata perokok akan menderita PPOK, sebut ahli

Baca juga: Jalan kaki tak bermanfaat bila kualitas udara buruk

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021