Agar semuanya diwaspadai seperti perlambatan ekonomi di Tiongkok karena ekspor kita ke sana gede, risiko tapering off dari Amerika betul-betul dilihat dampak dan apa yang harus kita siapkan
Presiden Joko Widodo mengingatkan jajarannya untuk mengantisipasi dampak perlambatan ekonomi China yang merupakan mitra dagang Indonesia, dan juga dampak penurunan besaran pembelian obligasi (tapering off) bank sentral AS The Federal Reserve terhadap pasar keuangan domestik.
“Agar semuanya diwaspadai seperti perlambatan ekonomi di Tiongkok karena ekspor kita ke sana gede, risiko tapering off dari Amerika betul-betul dilihat dampak dan apa yang harus kita siapkan,” kata Presiden Jokowi di Sidang Kabinet Paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu.
Sebagaimana diketahui, penurunan perekonomian China, sebagai mitra dagang dan investasi Indonesia, dapat mengakibatkan perlambatan ekspor Indonesia karena permintaan yang tertunda.
Sedangkan sinyalemen tapering off yang semakin kuat dari The Federal Reserve, Bank Sentral AS, bisa mengganggu aliran modal di pasar keuangan domestik. Tapering off menandakan pemulihan ekonomi telah berjalan dan inflasi mulai bergerak sehingga The Fed akan mengurangi penggelontoran stimulus melalui pembelian aset di pasar keuangan.
Presiden Jokowi juga meminta kewaspadaan tinggi terhadap potensi inflasi global, dan fluktuasi harga komoditas. Ia meminta berbagai komoditas asal Indonesia agar melalui tahap industrialisasi sebelum dikirim untuk ekspor, sehingga komoditas tersebut memiliki nilai tambah.
“Karena kita tahu komoditas unggulan ekspor Indonesia melonjak tinggi. Ini umumnya berlangsung hanya 18 bulan. Jadi langkah-langkah antisipasi itu harus diberikan dengan menguatkan pengelolaan industri yang berorientasi ekspor,” ujar Presiden Jokowi.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2021 dapat mencapai 3,7-4,5 persen (year on year/yoy) meskipun masih berada di masa pandemi COVID-19. APBN 2021 ditetapkan dengan belanja negara sebesar Rp2.750 triliun dan pendapatan negara sebesar Rp1.743,6 triliun.
Adapun di kuartal III 2021, pertumbuhan ekonomi melambat ke 3,51 persen (year on year/yoy) dibanding kuartal II 2021 karena dampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Di kuartal II 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 7,07 persen (yoy).
Baca juga: Ekonom prediksi pertumbuhan ekonomi RI 4,7 persen pada 2022
Baca juga: Menkeu: Pemerintah-DPR sepakat naikkan batas bawah pertumbuhan ekonomi
Baca juga: Bank Mandiri proyeksi kredit nasional melonjak hingga 7 persen di 2022
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021