Permintaan pemerintah AS mengejutkan pasar datang ketika tekanan inflasi, sebagian didorong oleh lonjakan harga-harga energi, mulai menghasilkan reaksi politik ketika dunia pulih dari krisis kesehatan terburuk dalam satu abad.
Minyak mentah AS turun 62 sen atau 0,8 persen menjadi diperdagangkan di 77,74 dolar AS per barel pada 01.35 GMT, setelah anjlok 3 persen semalam. Minyak mentah Brent jatuh 39 sen atau 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 79,89 dolar AS per barel setelah merosot 2,6 persen ke penutupan terendah sejak awal Oktober pada Rabu (17/11/2021).
Harga mencapai level tertinggi tujuh tahun bulan lalu karena pasar fokus pada peningkatan cepat permintaan yang datang dengan dicabutnya penguncian dan pemulihan ekonomi terhadap peningkatan pasokan yang lambat dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang disebut OPEC+.
"Jika pemerintah AS memerintahkan pelepasan Cadangan Minyak Strategis (SPR), itu bisa mengirim tanda politik yang kuat," kata analis Citigroup dalam sebuah catatan.
"Tapi ... kilang-kilang dalam negeri tidak mungkin mendapatkan keuntungan tambahan, karena hasil akhir yang ringan tampaknya sudah maksimal," tambah mereka, mengacu pada margin untuk memproduksi bensin dan bahan bakar motor lainnya.
Produsen AS juga enggan mengeluarkan uang terlalu banyak untuk pengeboran setelah mereka dihukum oleh investor karena terlalu banyak berutang untuk membayar pengeboran baru.
Badan Energi Internasional dan OPEC telah mengatakan dalam beberapa pekan terakhir bahwa lebih banyak pasokan akan tersedia dalam beberapa bulan ke depan. OPEC+ mempertahankan kesepakatan untuk meningkatkan produksi sebesar 400.000 barel per hari setiap bulan agar tidak membanjiri pasar dengan pasokan.
Baca juga: Minyak merosot ke terendah 6 minggu, kekhawatiran pasokan bangkit lagi
Baca juga: Harga minyak ditutup beragam, Brent turun dan WTI naik
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021