• Beranda
  • Berita
  • Djarum Foundation capai tonggak satu juta mangrove

Djarum Foundation capai tonggak satu juta mangrove

18 November 2021 17:45 WIB
Djarum Foundation capai tonggak satu juta mangrove
Hutan mangrove di Desa Mangkang Mangunharjo, Semarang. (ANTARA/HO-Djarum Foundation)
Bakti Lingkungan Djarum Foundation mengatakan pihaknya telah berhasil menanam lebih dari satu juta mangrove di wilayah pantai utara Jawa Tengah melalui program Djarum Trees for Life (DTFL) yang dilakukan sejak 2008.

Wakil Presiden Direktur Djarum Foundation, FX Supanji, berharap capaian tersebut dapat membangkitkan kesadaran kepada masyarakat agar merasa ikut bertanggung jawab terhadap lingkungan untuk menanam mangrove.

“Satu juta ini bukan apa-apa, tapi semoga merupakan starting point untuk un-ending usaha kita untuk mencapai yang terbaik buat Indonesia,” tuturnya saat konferensi pers “Satu Juta Mangrove untuk Kehidupan” pada Kamis.

Baca juga: Situs purbakala Ratu Boko dihijaukan ribuan pepohonan

Program DFTL memulai inisiasi penanaman mangrove sejak 2008 di Mangkang Mangunharjo, Semarang, dan telah mengembalikan ekosistem pantai sepanjang 2.700 meter di daerah tersebut. Penanaman masih berlanjut di Desa Mangkang untuk mencapai target 3.400 meter garis pantai.

Pada tahun depan, Djarum Foundation akan menyasar Kabupaten Rembang sebagai salah satu dari sembilan Kabupaten/Kota di wilayah Jawa Tengah dengan total 5.400 hektare hutan mangrove untuk dipulihkan kembali fungsinya.

Melalui program DFTL, Djarum Foundation juga menggandeng peneliti, penggiat lingkungan, akademisi, dan elemen masyarakat lainnya yang memiliki minat pada bidang keilmuan pembibitan dan penanaman mangrove.

“Preservasi mangrove perannya sangat penting dalam menjaga ekosistem alam. Kami sudah melihat sendiri bagaimana daerah Mangkang menjadi relatif lebih aman dari ancaman banjir rob selama beberapa tahun terakhir,” kata Supanji.

Baca juga: 10 ribu pohon trembesi ditanam di tol Ngawi-Kertosono

Perusahaan menyebutkan bahwa dampak ekonomi yang dirasakan penduduk Desa Mangkang cukup signifikan melalui DFTL, seperti tambak yang telah pulih karena semula kerap rusak oleh abrasi air laut serta pengembangan budidaya kerang hijau dan keramba ikan.

Selain itu, warga juga menggeluti usaha kerajinan batik dengan menggunakan bahan pewarna alami dari pigmen mangrove, serta memproduksi sirup berbahan dasar buah mangrove.

Ketua Umum Jaringan Ahli Perubahan Iklim dan Kehutanan (APIK) Indonesia Mahawan Karuniasa mengatakan bahwa penyelesaian masalah lingkungan tidak hanya dilihat dari sisi ekonomi, tetapi juga perlu dilihat dari sisi etika atas tanggung jawab masa depan anak cucu.

“Kita jangan lupa bahwa mangrove itu tidak hanya menghasilkan sumber daya untuk arang dan kayu–setiap provinsi biasanya berbeda-beda apa yang diambil–tetapi juga jasa lingkungannya,” tuturnya.

Mahawan mengatakan mangrove mempunyai fungsi ekosistem sebagai tempat ikan-ikan untuk beranak-pinak dan melindungi ikan dari serangan predator. Tanpa mangrove, lanjutnya, maka pendapatan nelayan juga dapat terganggu karena ikan menjadi berkurang.

“Pada saat mangrove itu hilang berarti ada berapa ikan yang hilang di lautan yang tidak tertangkap oleh nelayan, dan itu bisa lebih besar kerugiannya kalau kita menghitung jasa lingkungan,” ujarnya.

Baca juga: Aksi menghimpun 10 ribu pohon secara daring saat pandemi

Baca juga: Gerakan menanam pohon berlanjut di tengah pandemi

Baca juga: 1,1 hektare lahan di Gunung Ijen dipulihkan ratusan cemara gunung

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2021