Juru bicara Kementerian Kominfo, Dedy Permadi mengatakan isu hoaks COVID-19 tersebut tersebar di Facebook dengan sejumlah 4.432 unggahan. Pemutusan akses telah dilakukan pada 5.004 unggahan dan 127 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.
"Kedua, untuk isu hoaks vaksinasi COVID-19 terdapat 390 isu pada 2.425 unggahan media sosial dengan jumlah sebaran terbanyak pada Facebook sebanyak 2.233. Pemutusan akses telah dilakukan terhadap 2.425 unggahan tersebut," ujar Dedy dalam siaran pers "Menolak Hoaks COVID-19" pada Kamis.
Untuk isu terkait hoaks PPKM terdapat
sebanyak 48 isu pada 1.167 unggahan media sosial dengan sebaran terbanyak pada Facebook sebanyak 1.149. Pemutusan akses dilakukan terhadap 1.003 unggahan dan 164 unggahan lainnya sedang ditindaklanjuti.
Dalam kurun waktu 4 November hingga 11 November, tidak terdapat peningkatan isu hoaks dan terdapat penurunan angka sebaran konten hoaks di sosial media.
"Untuk isu hoaks COVID-19, di minggu ini terdapat penambahan sejumlah 8 isu dan 32 unggahan hoaks. Di minggu sebelumnya, pertambahan isu COVID-19 adalah sebanyak 12 isu dan 34 unggahan hoaks," kata Dedy.
Terkait isu hoaks vaksinasi COVID-19,
minggu ini terdapat penambahan sejumlah 8 isu dan 27 unggahan hoaks. Di minggu sebelumnya, pertambahan isu vaksinasi COVID-19 adalah sebanyak 8 isu dan 32 unggahan hoaks.
Dedy mengatakan pada minggu ini tidak terdapat pertambahan isu hoaks terkait PPKM. Namun, terdapat pertambahan isu sebanyak 27 unggahan hoaks.
"Di minggu sebelumnya, tidak ada pertambahan isu PPKM namun terdapat pertambahan konten sebanyak 30 unggahan hoaks," kata Dedy.
Beberapa contoh isu hoaks sepanjang seminggu terakhir dari total 16 isu konten hoaks yang bertambah sejak tanggal 11 November hingga 18 November 2021 adalah disinformasi mengenai poster COVID-19 yang mengajak para orangtua untuk menyumbangkan organ anak-anak mereka pada 11 November 2021.
"Padahal poster tersebut merupakan hasil altrasi dan tidak benar sama sekali," kata Dedy.
Pada tanggal yang sama juga tersebar berita palsu mengenai negara Jepang yang memutuskan untuk menghentikan program vaksinasi COVID-19 dan memilih ivermectin sebagai obat yang dapat menghentikan penyakit COVID-19 dalam semalam.
"Pada 13 November 2021 telah beredar hoaks unggahan di media sosial Facebook yang mengklaim orang yang disuntik vaksin cenderung mengalami perubahan mental dan fisik," ujar Dedy.
Pada tanggal yang sama pun muncul narasi video yang beredar di media sosial berupa potongan video berbahasa asing yang mengklaim bahwa tes swab COVID-19 adalah vaksinasi yang terselubung.
Sedangkan untuk tanggal 16 November2021, isu yang beredar adalah istri CEO Pfizer, salah satu perusahaan manufaktur vaksin COVID-19 meninggal dunia akibat komplikasi vaksin.
"Pandemi masih ada, virus pun masih mengintai kita semuanya, namun dengan menghentikan persebaran hoaks COVID-19, melakukan literasi digital, semangat melakukan vaksinasi serta melakukan protokol kesehatan bersama, kita mampu menekan persebaran COVID-19 ini," kata Dedy.
Baca juga: Misinformasi! Pfizer tambahkan zat penguat jantung dalam vaksin untuk anak
Baca juga: Kominfo temukan enam isu hoaks COVID-19 periode 4-10 November
Baca juga: Hoaks! Pemerintah gelar vaksin paksa pada Februari 2022
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021