Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengerahkan dua unit alat berat untuk membersihkan material longsor yang menutup akses jalur selingkar Waduk Wonorejo pada Kamis (18/11).Dari lima titik longsor di jalur selingkar Waduk Wonorejo itu, empat titik di antaranya sudah bisa dibuka.
"Saat ini ada dua unit alat berat kami kerahkan," kata Bupati Tulungagung Maryoto Birowo di Tulungagung, Senin.
Tak hanya mengandalkan sarana mekanis, upaya normalisasi juga dilakukan dengan cara manual. Upaya itu setidaknya telah dilakukan masyarakat dibantun relawan, TNI dan Polri dengan bergotong-royong membuka jalur darurat untuk mengevakuasi 26 kendaraan yang terjebak di sekitar objek wisata Ranu Gumbolo.
Dari lima titik longsor di jalur selingkar Waduk Wonorejo itu, empat titik di antaranya sudah bisa dibuka. Tiga di antara lima titik longsor itu, tiga di antaranya merupakan longsor berat, sedang sisanya longsor kecil.
Longsor yang terjadi di jalur menuju Ranu Gumbolo sempat membuat 27 pemancing dan wisatawan serta pedagang terjebak.
Sebanyak 26 kendaraan yang terdiri dari 25 unit motor dan satu unit mobil masih tertahan di lokasi longsor.
Namun sejak Jumat sudah dilakukan evakuasi terhadap kendaraan yang terjebak. Kendaraan itu sudah bisa dievakuasi.
"Semua kendaraan sudah bisa dievakuasi semua, melalui jalur darat," jelasnya.
Sedang masyarakat yang rumahnya rusak terkena longsor telah mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat.
Saat ini Pemkab Tulungagung proaktif melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, seperti Perhutani, PJT (Perum Jasa Tirta), BPBD Kabupaten Tulungagung, TNI dan Polri.
Koordinasi itu untuk mencari cara efektif dalam pembersihan material longsor tersebut.
"Apapun (caranya) jalan ini harus kita buka," kata Maryoto saat meninjau di lokasi longsor.
Selain jalur menuju objek wisata Ranu Gumbolo, jalan selingkar Waduk Wonorejo yang tertutup material longsor berupa lumpur, batu dan pepohonan ini merupakan akses warga dari Desa Wonorejo menuju Desa Mulyosari dan sebaliknya.
Akibat tertutupnya jalan ini, warga harus memutar sejauh empat kilometer melalui Desa Kedungcangkring Kecamatan Pagerwojo.
"Target dua hari lagi sudah selesai pembersihan," lanjut Maryoto.
Longsor yang terjadi diakibatkan oleh hujan deras yang turun pada Kamis (18/11).
Hujan ini kata Bupati merupakan hujan di awal musim penghujan. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada bulan Desember-Januari.
Saat puncak musim hujan, curah hujan diperkirakan lebih tinggi dan potensi longsor lebih besar.
"Jadi sesuai saran, untuk lereng dengan kemiringan lebih dari 20 derajat harus ditanami tanaman keras," katanya.
Baca juga: BPBD Tulungagung inventarisir kerusakan akibat gempa Malang
Baca juga: Delapan desa di Tulungagung mulai kesulitan air bersih
Baca juga: Pemkab Tulungagung salurkan material untuk korban angin kencang
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021