• Beranda
  • Berita
  • Menperin sebut hilirisasi industri jaga kekuatan ekonomi nasional

Menperin sebut hilirisasi industri jaga kekuatan ekonomi nasional

23 November 2021 15:12 WIB
Menperin sebut hilirisasi industri jaga kekuatan ekonomi nasional
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita. ANTARA/HO-Kemenperin/am.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut bahwa implementasi kebijakan hilirisasi industri akan menjaga kekuatan perekonomian nasional sehingga tidak mudah terombang-ambing di tengah fluktuasi harga komoditas dan tidak tergantung pada sumber luar.

"Prioritas sektor hilirisasi telah menunjukkan pencapaian yang cukup menggembirakan," kata Menperin secara virtual, Selasa.

Menperin menyampaikan, melihat sumber daya dan kekayaan Indonesia, fokus hilirisasi saat ini adalah pada industri berbasis bahan tambang dan mineral, berbasis migas dan batubara, dan yang berbasis agro.

Pada hilirisasi berbasis bahan tambang dan mineral dapat dilihat pada program penumbuhan dan pengembangan industri smelter.

Baca juga: Kemenperin optimalkan hilirisasi karet alam melalui program Dapati

Saat ini, kapasitas smelter yang sudah beroperasi antara lain, mencapai 12,3 juta ton untuk nikel 6 juta ton untuk aluminium, 3.2 juta ton untuk tembaga, dan 19 juta ton untuk besi baja, setiap tahunnya.

Penumbuhan dan pembangunan industri smelter logam sejak tahun 2015 sampai dengan Triwulan III tahun 2021 sudah mencapai 69 perusahaan yang berada dalam tahapan, dengan total investasi 51,43 miliar dolar AS atau sekitar Rp731,5 triliun.

Pada hilirisasi industri berbasis migas dan batubara, saat ini sedang berlangsung pembangunan proyek gasifikasi batubara. Proyek gasifikasi batu bara yang tengah dipacu realisasinya meliputi pabrik coal to chemical di Tanjung Enim dan Kutai Timur dan pembangunan coal to methanol di Meulaboh, Aceh.

Proyek-Proyek tersebut merupakan salah satu dari beberapa industri pionir di Indonesia tengah dipacu realisasinya diharapkan dapat mengolah batu bara menjadi methanol sebanyak 4.5 juta ton per tahunnya.

Baca juga: Kemenperin pacu hilirisasi rumput laut tingkatkan pasar ekspor

Proyek gasifikasi batu bara tersebut didukung oleh ketersediaan sumber daya batubara yang mencapai 38,84 miliar ton dan cadangan ini dapat bertahan hingga 2091 dengan laju produksi tahunan sebesar 600 juta ton.

"Ini akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan karena akan mengakhiri tradisi penjualan komoditas mentah tanpa ada pengolahan dan nilai tambah," ujar Agus.

Disamping proyek gasifikasi tersebut, sedang berjalan investasi pembangunan pabrik petrokimia di Cilegon pengolahan naphta dengan kapasitas hampir 7 juta ton per tahun untuk di produksi antara lain menjadi etilena, propilena, butadiena, hingga benzena.

Dengan beberapa proyek petrokimia lain yang dalam proses realisasi, Menperin mengharapkan Indonesia akan segera menjadi negara Petrokimia Nomor satu di ASEAN.

Lompatan kemajuan lainnya pada penerapan hilirisasi industri, yakni ekspor dari olahan sawit yang didominasi produk hilir cenderung meningkat dalam kurun lima tahun terakhir. Kontribusinya terhadap perolehan devisa cukup signifikan.

Indonesia berhasil melakukan hilirisasi minyak sawit (CPO) yang terlihat pada ratio volume ekspor bahan baku sebesar 9,27 persen sedangkan produk hilirnya sebesar 90,73 persen (Agustus 2021) dan ragam produk hilir dari 54 jenis pada tahun 2011 menjadi 168 jenis tahun ini.

Hilirisasi komoditas kelapa sawit dan minyak kelapa sawit yang juga dikembangkan untuk pasar global termasuk untuk keperluan Food;Fuel ,Fine Chemical , Fito-nutrient (vitamin dan nutrisi), Feed (pakan ternak), dan Fiber (serat untuk material baru).

Salah satu pencapaian program pengembangan industri bahan bakar nabati yang terus dilaksanakan sepanjang 2020 melalui Program Mandatory Biodiesel 30 persen (B30) telah menyerap sekitar 10,2 juta ton CPO sebagai bahan baku dan berperan sebagai alat untuk demand management, menyerap oversupply produksi CPO dunia, dan mempertahankan harga CPO dunia, termasuk menjaga harga beli tandan buah segar di tingkat petani tetap tinggi.

"Bagaimanapun, kita tidak boleh berpuas diri. Masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam upaya mengoptimalkan hilirisasi. Banyak kendala atau hambatan yang harus kita pecahkan, seperti kapasitas teknologi, ketersediaan infrastruktur, keekonomian, dan keterpaduan rantai pasok domestik," pungkas Menperin.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021