Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Wikan Sakarinto mengatakan pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan di pendidikan vokasi belum melibatkan industri.
“Satuan pendidikan vokasi seperti SMK, sekolah vokasi hingga politeknik selalu mengatakan mereka sudah menerapkan 60 persen praktik dan 40 persen teori, serta pembelajaran berbasiskan proyek. Tapi sebenarnya menurut saya masih proyek-proyekan karena belum melibatkan industri,” ujar Wikan dalam webinar road to DUDI Award 2021 “Peran Strategis Industri dalam Pembangunan SDM Vokasi” di Jakarta, Selasa.
Dia memberi contoh mata kuliah pengelasan logam, yang mana mahasiswa diajarkan belajar mengelas selama 90 jam belajar mengelas. Akan tetapi yang dilas bukanlah pesanan industri, hanya simulasi. Akibatnya setelah selesai praktik mengelas, hasil las tersebut kemudian dibuang.
"Sebenarnya sudah betul selama 90 jam belajar mengelas, akan tetapi yang dilas seharusnya pesanan industri,” terang dia.
Jika pesanan industri, maka mahasiswa akan betul-betul mengerjakan proyek tersebut dengan sungguh-sungguh, karena jika tidak sesuai dengan pesanan maka akan ditolak oleh industri. Selain itu siswa dan mahasiswa juga belajar meningkatkan kompetensi nonteknis dalam mengerjakan pesanan industri.
“Jadi selama ini, pembelajaran berbasis proyek belum sepenuhnya. Seharusnya mahasiswa maupun siswa mencarinya dari industri,” tambah dia.
Dengan demikian, pembelajaran mengenai kompetensi nonteknis dapat terwujud. Menurut dia, yang lebih dibutuhkan industri adalah kompetensi nonteknis dan juga karakter atau sikap. Pembelajaran mengenai kompetensi nonteknis tersebut harus terpadu dalam pembelajaran.***3***
Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2021