"Kemudian akan kembali rendah di tahun 2022 sebesar 1,5 persen PDB," ujar Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2021 di Jakarta, Rabu.
Dengan demikian, ia memastikan transaksi berjalan tersebut akan bisa menjaga ketahanan eksternal Indonesia, ditambah dengan cadangan devisa yang terus meningkat.
Baca juga: BI optimistis ekonomi RI pulih tahun 2022, tumbun hingga 5,5 persen
Dalam kesempatan ini, Perry menilai pemulihan ekonomi global terus berjalan saat ini dan akan seimbang pada 2022, seiring dengan meredanya COVID-19, pembukaan sektor ekonomi, dan stimulus kebijakan.
Di negara maju, ekonomi Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat mulai membaik, sedangkan di negara emerging market terdapat India, ASEAN-5, dan Tiongkok.
"Volume perdagangan meningkat dan harga komoditas juga tinggi," ucap dia.
Baca juga: Presiden nilai komunikasi BI dan Kemenkeu sudah sangat baik
Meski begitu, Perry mengingatkan munculnya lima permasalahan baru yang perlu dicermati, pertama, normalisasi kebijakan di negara maju dan ketidakpastian pasar keuangan global, kedua, dampak luka memar pandemi pada korporasi dan sistem keuangan.
Ketiga, meluasnya sistem pembayaran digital antar negara dan risiko aset kripto, keempat, tuntutan ekonomi keuangan hijau, serta kelima, melebarnya kesenjangan dan perlunya inklusi ekonomi global.
"Kelima permasalahan global ini akan menjadi agenda prioritas Presidensi G-20 dengan tema recover together and recover stronger," ungkapnya.
Baca juga: Presiden Jokowi minta aktivitas ekonomi optimis tapi tetap hati-hati
Baca juga: BI: Fitch pertahankan peringkat utang RI dengan 'outlook' stabil
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2021