Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendorong agar dilakukan tes acak untuk mencegah klaster sekolah.
“Kemendikbudristek bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Satgas COVID-19 berupaya untuk meningkatkan pengetesan acak di sekolah," ujar Plt Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto, di Jakarta, Rabu.
Tes acak dilakukan untuk mencegah penularan atau terjadinya klaster sekolah. Selain itu, juga perlu upaya pengawasan penerapan protokol kesehatan di sekolah.
Baca juga: PTM terbatas dan ancaman gelombang ketiga COVID-19
Baca juga: Disiplin protokol kesehatan agar tak tercipta klaster baru di sekolah
Head of Partnership SehatQ, Arie Senta mengatakan pihaknya mendukung penuh adanya tes acak untuk mencegah klaster sekolah. Selain itu, mendukung penuh keputusan pemerintah menurunkan harga PCR yang semakin terjangkau oleh masyarakat luas.
“Kami percaya pemerintah telah mempertimbangkan berbagai hal sebelum memutuskan untuk melakukan penurunan harga. Karena itu, kami menyambut baik rencana pemerintah untuk menurunkan harga tes PCR demi mendukung percepatan penanggulangan pandemi COVID-19, terutama dalam memperbanyak jumlah tes PCR untuk memperkuat mekanisme pelacakan dan pengetesan sesuai prosedur yang dikeluarkan oleh WHO,” kata Arie.
Saat ini, lanjut dia, harga tes PCR di perusahaan rintisan yang bergerak pada bidang kesehatan itu sesuai dengan aturan yang ditetapkan pemerintah, yakni antara Rp465.000-Rp.495.000. Tentu saja, itu juga sudah mempertimbangkan margin keuntungan yang sewajarnya.
“Dengan adanya penetapan harga baru oleh pemerintah, SehatQ juga akan menyesuaikan harga dengan memperhitungkan margin yang wajar, sehingga tetap dapat melanjutkan dukungan kepada pemerintah dan masyarakat melalui penyelenggaraan tes PCR ini,” terang dia.
Baca juga: Cegah klaster sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat
Penurunan harga tes PCR oleh pemerintah akan berdampak pada penurunan harga tes antigen. Saat ini, harga layanan tes usap antigen sekitar Rp60.000 hingga Rp99.000.
“Kami sadar bahwa kami adalah bagian dari masyarakat Indonesia yang sedang sama-sama berjuang untuk keluar dari tekanan pandemi ini. Untuk itu, kami akan selalu mendukung kebijakan pemerintah,” imbuh Arie.
Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021