Ia menerangkan jumlah personel Pusat Sandi dan Siber TNI AD sekitar 130 orang, sementara sesuai ketentuan jumlah yang ditargetkan 197 orang.
“Masih ada yang harus dipenuhi pelan-pelan dipenuhi. (Jumlah personel, Red.) ini sudah jadi kebijakan politik Bapak Kasad (Kepala Staf TNI AD Jenderal TNI Dudung Abdurachman) dan Panglima (Jenderal TNI Andika Perkasa),” terang Iroth saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Sejauh ini, pimpinan TNI AD telah meresmikan Satuan Sandi dan Siber di tiap Komando Daerah Militer (Kodam) TNI AD.
“Satuan Sandi dan Siber Kodam, 1 Kodam paling tidak ada 60 personel. Itu mulai dari perwira, bintara, dan tamtama-nya,” sebut Komandan Pussansiad.
Baca juga: Komandan Pussansiad: Penguatan kemampuan siber TNI AD mendesak
Walaupun demikian, ia menyampaikan jumlah itu masih belum memadai. Oleh karena itu, Pussansiad akan merekrut lebih banyak ahli siber melalui berbagai kegiatan, salah satunya Kompetisi Komunitas Siber (KKS) TNI AD, yang rencananya akan digelar rutin tiap tahun.
“Kami sudah membuat konsep merekrut masyarakat sipil masuk TNI mulai dari bintara maupun perwira yang memiliki background (latar belakang, Red.) IT (informasi dan teknologi, Red.). Lulusan IT (harapannya) dididik di TNI AD dan bergabung di Pussansiad,” terang Komandan Pussansiad.
Ia menargetkan pihaknya akan memenuhi target jumlah personel yang memiliki kemampuan siber pada 2022.
“Mudah-mudahan dalam waktu dekat 2022 menuju kesana,” sebut dia.
Pusat Sandi dan Siber TNI AD merupakan satuan yang terbentuk kurang lebih 1,5 tahun yang lalu.
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa, pada beberapa kesempatan, menyampaikan pihaknya akan fokus membangun kekuatan siber TNI.
“Yang dilakukan oleh Panglima TNI sudah luar biasa produktif, dan Bapak Kasad sangat baik, karena ancaman siber berkembang, berevolusi, (dampaknya, Red.) nyata sehingga penguatan (kemampuan siber) ini jadi urgensi, keniscayaan yang tidak bisa dihindari,” terang Iroth.
Terkait itu, Komandan Pussansiad menerangkan pihaknya fokus membangun kekuatan siber, terutama pada bidang operasi dan postur.
Terkait penguatan postur, ada tiga aspek yang jadi perhatian Pussansiad, di antaranya kekuatan atau kapasitas TNI AD menangkal ancaman siber, profesionalisme prajurit yang punya kemampuan siber, dan gelar kekuatan dari tingkat pusat sampai wilayah.
“Penguatan SDM, proses atau regulasi, strategi, dan penguatan aspek teknologi, penguatan komunikasi, karena (kami) tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karena itu, kami bekerja dengan pihak lain, (satuan) Cyber Polri, BSSN, akademisi, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan stakeholder lainnya,” sebut Iroth Sonny.
Terakhir, ia menyampaikan Pussansiad juga berupaya memperkuat kesadaran para prajurit dan masyarakat terhadap ancaman siber (cyber awareness).
Kesadaran terhadap ancaman siber penting jadi perhatian karena serangan siber juga menargetkan pola pikir (mindset) para prajurit beserta keluarganya.
“Ancaman siber terus berevolusi dan menggunakan artificial intelligence (kecerdasan buatan, Red.). Jadi, tiap ada ancaman dan direspon, dia (peretas, Red.) juga mencari celah-celahnya. Tugas kami bagaimana mengamankan semua celah ini dari potensi ancaman,” kata Brigjen Iroth.
Baca juga: Komandan Pussansiad ajak masyarakat jaga pertahanan siber di Indonesia
Baca juga: Indonesia perlu 10.000 ahli hadapi serangan siber
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2021