• Beranda
  • Berita
  • Sudah Lewat Cara Pandang Orang Miskin Dilarang Kuliah

Sudah Lewat Cara Pandang Orang Miskin Dilarang Kuliah

16 April 2011 20:09 WIB
Sudah Lewat Cara Pandang Orang Miskin Dilarang Kuliah
M. Nuh. (ANTARA Foto/Widodo S. Jusuf)

"Sekarang juga tidak ada yang bisa menyangka kalau 30 tahun mendatang akan ada adik-adik yang menjadi bupati, menteri, bahkan presiden. Kalau saya bisa menduga, tentu saya jadikan menantu."

Surabaya (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menegaskan bahwa orang miskin dilarang kuliah merupakan cara pandang yang sudah lewat atau tidak ada lagi.

"Tahun 2010, kami sudah menerima 20.000 mahasiswa dari program Bidik Misi atau beasiswa pendidikan miskin berprestasi, dan tahun ini juga sama," katanya di Surabaya, Sabtu.

Ia mengemukakan hal itu dalam dialog dengan 400-an mahasiswa ITS penerima Bidik Misi tahun 2011 di Grha ITS Surabaya dengan dipandu Rektor ITS, Prof Triyogi Yuwono, dan dihadiri sejumlah dekan dan ketua jurusan.

Dalam kesempatan itu, Nuh yang juga mantan Rektor ITS itu memberikan motivasi belajar dengan mengajak sejumlah mahasiswa untuk berdialog langsung dengannya, terutama mahasiswa miskin yang yatim.

"Nabi Muhammad SAW juga menghadapi cobaan hidup yang berat dengan ikut paman dan kakek, tapi beliau istiqomah, sehingga Allah SWT pun memberi jalan. Tidak ada kata menyerah, meski beliau secara ekonomi juga susah," katanya.

Sambil melirik Rektor ITS di dekatnya, Nuh menyatakan, 30 tahun lalu tidak ada yang menyangka bahwa orang Tulungagung bernama Triyogi akan menjadi Rektor ITS.

"Sekarang juga tidak ada yang bisa menyangka kalau 30 tahun mendatang akan ada adik-adik yang menjadi bupati, menteri, bahkan presiden. Kalau saya bisa menduga, tentu saya jadikan menantu," katanya, disambut tawa.

Menurut dia, pendapat bahwa orang miskin dilarang kuliah juga sudah lewat, karena pandangan itu sudah diubah sejak tahun 2010 dengan siapapun yang berprestasi bisa kuliah, termasuk mereka dari kelompok kurang mampu.

"Sejak tahun 2010, program Bidik Misi menjadi program kepedulian kepada masyarakat yang kurang mampu untuk mengakses pendidikan tinggi. Dengan program itu, peserta Bidik Misi akan dibiayai kuliah selama empat tahun dan diberi biaya hidup Rp500.000 per bulan, bahkan biaya hidup tahun ini Rp600.000," katanya.

Untuk tahun 2011, peserta Bidik Misi juga sama jumlahnya, yakni 20.000, namun Kemdiknas juga meminta universitas negeri juga melakukan program beasiswa yang sama untuk 10 persen mahasiswa di luar program Bidik Misi.

"Jadi, kalau tahun lalu hanya ada 10 persen mahasiswa miskin yang dibiayai pemerintah, maka tahun ini juga ada 10 persen tapi universitas juga akan menambah 10 persen dengan beasiswa mereka, termasuk IAIN atau UIN," katanya.

Sementara itu, Rektor ITS Prof Triyogi Yuwono melaporkan pihaknya menargetkan 450 mahasiswa miskin di ITS yang mengikuti program Bidik Misi.

"Tapi, jumlah itu masih kurang lima persen dan akan kami upayakan sudah tercapai 450 mahasiswa miskin pada tahun ajaran baru nanti," katanya.

Dalam kesempatan itu, Nuh mengajak dialog sejumlah mahasiswa, di antaranya Vera Maya (Surabaya/anak tukang tambal ban), Maladina Elok (Ngawi/anak buruh tani yang ayahnya sudah wafat), Bukhori Muslim (Probolinggo/anak buruh tani/ayah sudah wafat), dan Titin Syafiatul Umma (Lamongan/ayah buruh tani/ibu penjual sayuran).
(T.E011/F002)


Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011