• Beranda
  • Berita
  • IHSG diprediksi datar seiring potensi pengetatan agresif The Fed

IHSG diprediksi datar seiring potensi pengetatan agresif The Fed

25 November 2021 10:17 WIB
IHSG diprediksi datar seiring potensi pengetatan agresif The Fed
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (16/8/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Indeks Harga Saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis diprediksi datar seiring dengan potensi pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif oleh bank sentral Amerika Serikat The Fed.

IHSG pagi ini dibuka menguat 11,68 poin atau 0,17 persen ke posisi 6.694,96. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,75 poin atau 0,39 persen ke posisi 962,59.

"Pertemuan FOMC terbaru memperkuat kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi pengetatan yang lebih agresif oleh The Fed. Oleh sebab itu, IHSG diperkirakan kembali sideway dalam rentang 6.650-6.720, dengan kecenderungan koreksi pada perdagangan Kamis ini," kata Kepala Riset Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

Baca juga: IHSG Kamis dibuka menguat 11,68 poin

Selain itu, pelaku pasar cenderung "wait and see" jelang pengurangan pembelian obligasi pertama oleh The Fed pada akhir November 2021. Hal itu sejalan dengan kencenderungan normalisasi kebijakan moneter oleh bank-bank sentral di dunia.

Terbaru, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) memutuskan untuk menaikan suku bunga acuan ke level 0,75 persen pada Rabu (24/11) kemarin.

Indeks utama Wall Street cenderung datar pada perdagangan Rabu (24/11) sejalan dengan terhentinya rally kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun dengan penurunan sebesar 4 bps ke 1,64 persen.

Baca juga: IHSG ditutup turun dipimpin sektor transportasi dan keuangan

Salah satu faktor yang menekan indeks-indeks Wall Street adalah minutes dari FOMC terbaru yang menunjukan kesiapan The Fed untuk melakukan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif, jika inflasi masih tetap tinggi.

Di sisi lain, data ekonomi relatif positif yang ditunjukkan oleh penurunan klaim tunjangan pengangguran awal ke 199.000 pada pekan yang berakhir di 20 November 2021. Level tersebut merupakan level terendah dalam lebih dari 50 tahun terakhir.

Sementara indeks-indeks di Eropa masih dibayangi oleh potensi pengetatan restriksi aktivitas masyarakat untuk mengontrol peningkatan kasus baru COVID-19 di kawasan Eropa dalam beberapa pekan terakhir.

Jerman diperkirakan akan segera mengumumkan aturan terkait hal tersebut di pekan ini. Potensi pengetatan aktivitas tersebut turut berdampak pada penurunan Germany Ifo Business Climate ke 96,5 pada November 2021 dari 97,7 pada Oktober 2021.

Dari regional Asia, bank sentral Korea Selatan dijadwalkan mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya di pagi hari ini.

Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei menguat 214,92 poin atau 0,73 persen ke 29.517,58, indeks Hang Seng turun 140,37 poin atau 0,57 persen ke 24.545,13, dan indeks Straits Times terkoreksi 2,46 atau 0,08 persen ke 3.224,69.
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021