Lembaga Penanggulangan Bencana Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyiagakan relawan untuk mengantisipasi dampak fenomena La Nina yang diperkirakan berlangsung hingga Februari 2022.Direspon wilayah sampai daerah dengan menyiapkan dan menyiagakan relawan
"Peringatan awal yang disampaikan Muhammadiyah Disaster Manajemen Center (MDMC) telah banyak direspon wilayah sampai daerah dengan menyiapkan dan menyiagakan relawan," ujar Ketua LPB PP Muhammadiyah Budi Setiawan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Fenomena La Nina tahun ini diprediksi oleh BMKG relatif sama dengan tahun sebelumnya. Fenomena ini menyebabkan potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan. Dengan begitu, warga perlu meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan, sebab curah hujan tinggi berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.
Meningkatnya curah hujan akibat fenomena La Nina, Budi mengajak masyarakat untuk menerapkan istilah "sedia payung sebelum hujan". Upaya yang bisa dilakukan masyarakat kota seperti membersihkan gorong-gorong atau saluran air dan tidak membuang sampah di saluran air.
Baca juga: Relawan Muhammadiyah harus menjadi pelopor solusi kemanusiaan
Baca juga: Muhammadiyah salurkan dana hingga Rp8 miliar untuk tanggap bencana
"Sedia payung sebelum hujan menjadi sebuah hal yang nyata, payung tidak dimaknai sebagai materi sebuah payung, tapi kesiapsiagaan kita menghadapi fenomena La Nina. Karena memang dibuktikan di Indonesia 90 persen bencana itu dari hidrometeorologi," kata dia.
Fenomena La Nina ini memicu perhatian serius bagi kawasan-kawasan yang rawan tanah longsor. Kejadian terdekat seperti tanah longsor yang terjadi di Banjarnegara menelan korban jiwa.
Sejak menerima peringatan dari BMKG, LBP atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) telah melakukan respon dengan mengirim surat kepada MDMC pimpinan wilayah untuk meningkatkan kewaspadaan.
Terkait bencana alam yang berdampak pada penurunan bahkan pemutusan penghasilan, Budi mengajak publik dan warga Muhammadiyah untuk membantu meringankan beban logistik penyintas melalui donasi yang disalurkan kepada LazisMu.
Bencana alam yang terjadi bersamaan dengan pandemi COVID-19, Budi menyebut fenomena ini sebagai bencana multihazard, karena terjadi bersamaan.
"Oleh karena itu saya berpesan supaya relawan tetap taat prokes, meskipun angka paparan COVID-19 mulai landai tapi masyarakat tidak boleh abai," kata dia.
Baca juga: Muhammadiyah: Pengurusan jenazah COVID-19 agar libatkan keluarga
Baca juga: Muhammadiyah: Kapabilitas masyarakat penting turunkan risiko bencana
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021