Henricus Herwin, Komda & Steering Commitee IATMI, mengatakan beberapa rekomendasi yang diberikan adalah pertama aspek efisiensi biaya, baik dari sisi operasi dan biaya pengembangan proyek menjadi sangat penting seperti penerapan teknologi digital, implementasi metode perbaikan proses bisnis, seperti sharing knowledge serta benchmarking antar perusahaan.
“Penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan tingkat pengurasan lapangan seperti injeksi air, stimulasi produksi dan EOR akan membantu upaya peningkatan produksi. Serta dukungan dari pemerintah dalam bentuk insentif baik fiskal maupun non fiskal,” kata Henricus dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat.
IATMI merupakan salah satu dari empat asosiasi profesi di lingkungan Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) penyelenggara JCB 2021 pada 23-25 November. Selain IATMI, tiga asosiasi lainnya adalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) dan Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI).
Baca juga: IATMI rekomendasikan keterbukaan data dan pembiayaan proyek migas
Menurut Henricus, SKK Migas telah menyampaikan keterbukaan dan kesiapan dalam mendorong pencapaian target produksi 2030, seperti memberikan kebebasan kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk memilih skema kontrak antara PSC cost recovery atau PSC gross split. “Serta terus berupaya melakukan perbaikan untuk mempermudah perizinan,” katanya.
Dia menambahkan diperlukan keterbukaan data terkait efisiensi dan strategi pembiayaan proyek antara KKKS dan SKK Migas untuk mendorong perubahan strategi pengelolaan dan alih tukar praktik terbaik antar KKKS.
Rekomendasi juga menyoroti perlunya akselerasi proses persetujuan izin pengembangan lapangan migas, terutama bagi lapangan tua di Indonesia dan revisi terkait aturan dalam pedoman tata kerja.
“Impian-impian ini semua tentunya perlu didukung oleh talenta-talenta yang baik. IATMI mendorong agar orkestrasi pengetahuan yang berkesinambungan dapat dilakukan dengan melibatkan diaspora migas Indonesia yang tersebar di seluruh dunia,” katanya.
Menurut dia perguruan tinggi juga perlu didorong agar dapat memperkaya kurikulum yang ada dengan topik-topik baru, seperti EOR, teknologi terkait pengembangan potensi panas bumi, teknologi carbon capture utilization and storage (ccus) dan juga hal terkait migas non konvensional.
Baca juga: Gelar konferensi, IATMI siapkan rekomendasi kejar target 1 juta barel
Sementara itu, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji saat menutup JCB 2021, mengatakan dunia semakin kompetitif untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi karena akan terjadi transisi energi. Indonesia sudah menegaskan akan terjadi transisi energi dan perubahan iklim. Eksplorasi agresif dan eksploitasi yang kuat didorong dengan SDM yang kompeten Dan teknologi maju menjadi kunci.
Aliansi strategis sangat penting dengan gunakan big data Dan perlu terobosan di regulasi. Saat ini CCS dan CCUS sangat penting, sebagai enabler untuk strategi peningkatan produksi migas dan jaga strategi perubahan iklim.
“Masing-masing institusi dan asosiasi, lembaga, harus bekerja keras, harus bangkit, sadar bahwa Indonesia berada di ambang krisis. Kita harus pandai memanfaatkan potensi yang ada,” kata Tutuka.
Ari Iskandar, Ketua Pelaksana JCB 2021, mengatakan selama tiga hari JCB 2021 total pengunjung lebih dari 4.500 peserta yang tersebar di 22 negara. Selama pelaksanaan JCB keempat asosiasi telah menyampaikan kontribusi nyata terhadap pertumbuhan industri migas. JCB 2021 juga telah menciptakan transfer knowledge.
Baca juga: IATMI dukung pemerintah jaga kelangsungan industri migas saat pandemi
Baca juga: Energi fosil diyakini masih jadi urat nadi perekonomian
Pewarta: Faisal Yunianto
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2021