Sebagai informasi, fast fashion adalah industri fesyen yang bergerak sangat cepat, dengan koleksi baru yang diluncurkan setiap minggu dan dijual dengan harga relatif murah.
"Fast fashion fokusnya ke kuantitas bukan kualitas. Jadi, dia berproduksi yang banyak, dan kurang memperhatikan pekerjanya, pemilihan bahannya dicari yang paling affordable, dan artinya belum tentu paling baik prosesnya," kata Chitra saat ditemui di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Rahasia di balik awetnya persahabatan pemeran "Ada Apa Dengan Cinta?"
Baca juga: Dian Sastrowardoyo jadi sutradara di film omnibus "Quarantine Tales"
Meski demikian, Chitra berpendapat bahwa saat ini publik kiranya sudah mulai terbuka soal kesadaran terkait dampak berkepanjangan dari fast fashion, menyusul banyak berita soal korban sumber daya manusia atau pekerja yang tidak mendapat upah yang sesuai, hingga pemilihan kain yang berkualitas tidak terlalu baik dan tidak ramah lingkungan.
"Pada lima tahun terakhir ini, research tentang produk ramah lingkungan mulai naik dan pelan-pelan menyadari dampaknya. Mungkin kita bisa perlahan-lahan memilih pakaian yang tdk mengandung poliester, karena tidak ramah lingkungan," kata Chitra.
Jika dikira masih sulit untuk memilah dan memilih bahan yang ramah lingkungan, Chitra mengatakan cara termudah untuk berkontribusi untuk mengurangi limbah fesyen adalah dengan merawat dan menggunakan pakaian dalam waktu yang lama.
"Kalau misalnya tidak bisa, kita coba gunakan barang itu sepanjang-panjangnya. Jadi, artinya, kita harus merawat dengan benar agar tidak cepat rusak dan berumur panjang. Kalau misalnya bosan atau rusak, bisa kita coba ulik atau jahit lagi supaya tidak cepat terbuang dan menjadi bagian dari polusi alam," kata Chitra.
"Atau bisa juga kirim ke kita di Sejauh Mata Memandang untuk kita proses lagi menjadi benang atau kain baru. Budayakan untuk mengulang (mengenakan) pakaian yang sama. Jangan malu untuk foto dengan baju yang sama," imbuhnya.
Sependapat dengan Chitra, Dian Sastrowardoyo mengatakan penting untuk mulai belajar cara merawat pakaian agar bisa berguna lebih lama.
"Misalnya bagaimana caranya kita mencuci baju yang benar agar (baju) tidak cepat rusak, sampai punya kebiasaan juga untuk memperbaiki, kalau ada yang rusak jangan langsung buang atau beli baru," kata Dian.
"Kalau misalnya tidak bisa digunakan lagi, kita coba gunakan ke fungsi lain seperti dijadikan lap atau jadi bantal, upcycle untuk patch jaket jeans biar tidak boring, jadi dia bisa punya fungsi yang lebih panjang," imbuhnya.
Sementara itu, Sejauh Mata Memandang dan Dian Sastrowardoyo berkolaborasi dalam koleksi spesial bertajuk "Tumbuh".
Setiap pembelian produk, konsumen telah menyumbang satu pohon untuk penghijauan hutan di Taman Nasional Leuser, Aceh Timur.
Dian sebagai kolaborator dalam koleksi ini ingin menyuarakan pentingnya berperan aktif dan melakukan tindakan nyata untuk lebih mencintai alam dan menjaga bumi.
Baca juga: Dian Sastrowardoyo: Kepedulian isu lingkungan dimulai dari rumah
Baca juga: Ayah mertua Dian Sastrowardoyo meninggal dunia
Baca juga: Persamaan produser dan ahli kimia menurut Dian Sastrowardoyo
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021