Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengatakan per September 2021, sudah ada 4.262 pelanggan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap dengan total kapasitas 39,28 MWp.Penggunaan solar rooftop (PLTS atap) tersebut didominasi di wilayah Jawa Barat, kemudian DKI Jakarta dan disusul Jawa Tengah dan DIY
"Penggunaan solar rooftop (PLTS atap) tersebut didominasi di wilayah Jawa Barat, kemudian DKI Jakarta dan disusul Jawa Tengah dan DIY," katanya saat menjadi narasumber dalam Asia Solar Forum "Lessons Learnt and Government Support for Solar PV Development" yang diselenggarakan secara daring oleh METI dalam rangkaian The 10th Indonesia EBTKE Conex New renewable Energy and Energy Conservation 2021.
Dalam rilisnya di Jakarta, Jumat, Satya menyampaikan proses transisi energi harus terus dilakukan sampai akhirnya energi baru dan terbarukan (EBT) menggantikan energi fosil.
"Indonesia terus akan berusaha mengakselerasi pengembangan EBT seperti kendaraan listrik, smart grid, smart energy, dan juga konservasi energi," katanya.
Hadir pula sebagai narasumber yaitu Yovie Priadi, Direktur Utama EMITS Indonesia; Yohanes Bambang, Ketua PPLSA; Bernard Casey, COO APAC Mainstream Renewable Power; Miroslav Dijakovic, Cleantech Singapore; dan Bruce Li, VP Huawei Asia Pacific.
Dalam paparannya, Satya juga menekankan pidato Presiden Joko Widodo dalam pertemuan COP 26 Glasgow yang salah satunya adalah pengembangan industri kendaraan listrik, pembangunan solar cell yang terbesar di Asia Tenggara, dan pengembangan green industrial park di Kalimantan Utara.
"Menurut Bapak Presiden, tentunya hal ini membutuhkan dukungan internasional dan kontribusi dari negara maju," ujarnya.
Lebih lanjut, Satya menjelaskan pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) di sektor energi pada 2020 sudah lebih baik yaitu 64,4 juta ton dari target yang dicanangkan sebesar 58 juta ton.
"Yang dilakukan di sektor energi antara lain apabila kita menggunakan energi baru terbarukan, kita mampu menurunkan emisi hingga sebesar 34 juta ton, kemudian efisiensi energi mampu menurunkan 12,9 juta ton. Di samping itu, bahan bakar rendah karbon sebesar 8,3 juta ton, penggunaan teknologi pembangkit bersih sebesar 5,9 juta ton, dan kegiatan lain sebesar 2,7 juta ton," imbuhnya.
Senada Satya, Nizhar Marizi yang mewakili Bappenas juga menyampaikan poin utamanya tentang pengembangan PLTS atap.
Menurut dia, untuk bangunan pemerintah telah diberlakukan kewajiban pemanfaatan sel surya minimum sebesar 30 persen dari luas atap.
Sedangkan, untuk bangunan komersial adalah sebesar 25 persen dari luas atap bangunan rumah mewah, kompleks perumahan, dan apartemen, melalui izin mendirikan bangunan.
"EBT diprioritaskan untuk PLTS karena biaya investasi semakin rendah salah satunya melalui pemanfaatan PLTS atap," kata Nizhar.
Baca juga: PLTS teknologi mumpuni akselerasi transisi energi Indonesia
Baca juga: Pelaku usaha sarankan agar pengembangan EBT tidak tiru negara lain
Baca juga: PLTS Sei Mangkei produksi listrik bersih 1,6 GWh per tahun
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021