Pelaksana Tugas Deputi Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Urip Haryoko mengemukakan bahwa isu perubahan iklim tenggelam dalam diskusi sosial meskipun dampak perubahan iklim dapat dirasakan oleh masyarakat.
"Rumitnya isu perubahan iklim, kurangnya penyampaian yang efektif, serta rendahnya literasi masyarakat Indonesia menjadikan isu perubahan iklim tenggelam dalam diskusi sosial," katanya dalam webinar mengenai literasi dan aksi iklim generasi muda yang diikuti dari Jakarta, Selasa.
Padahal dampak perubahan iklim dirasakan nyata oleh masyarakat, baik yang berupa peningkatan suhu maupun peningkatan fenomena cuaca ekstrem yang menimbulkan berbagai bencana alam.
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) mencatat 2020 sebagai salah satu tahun terpanas bersama tahun 2016 dan 2019.
Menurut WMO, rata-rata temperatur global pada 2020 tercatat sekitar 14,9 derajat Celsius atau 1,2 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan pada periode pra-industri tahun 1850-1900. Angka 1,2 derajat Celsius itu mendekati batas peningkatan suhu 1,5 derajat dari periode pra-industri yang ditetapkan oleh negara-negara di dunia untuk menghindari dampak terburuk perubahan iklim.
Urip juga mengemukakan adanya peningkatan risiko bencana alam akibat fenomena La Nina di wilayah Indonesia tahun ini. Peningkatan curah hujan akibat fenomena La Nina bisa menyebabkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor di wilayah Indonesia sebagaimana yang terjadi pada 2020.
"BMKG telah meminta masyarakat untuk mengantisipasi musim hujan yang datang lebih cepat, potensi peningkatan curah hujan signifikan, dan meningkatnya peluang kejadian hujan ekstrem," kata Urip.
Dia menekankan pentingnya upaya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perubahan iklim dan dampaknya.
Kaum muda, menurut dia, bisa melakukan aksi edukasi untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian warga terhadap perubahan iklim dan dampaknya bagi kelangsungan hidup manusia.
"Aksi ini bisa dilakukan dalam bentuk misalnya edukasi terhadap masyarakat dan promosi perubahan gaya hidup dalam rangka mitigasi perubahan iklim," katanya.
Mitigasi perubahan iklim mencakup upaya-upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca seperti penghijauan, pencegahan kebakaran hutan dan lahan, pengurangan penggunaan bahan bakar fosil, peningkatan penggunaan energi terbarukan, dan pengurangan sampah.
Baca juga:
COP26 gagal sepakati pendanaan baru untuk kerusakan akibat iklim
Melacak perubahan iklim dari ikan tuna
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021