• Beranda
  • Berita
  • Pemanasan Global Ancam Aktivitas Pendakian Gunung di Selandia Baru

Pemanasan Global Ancam Aktivitas Pendakian Gunung di Selandia Baru

3 Januari 2006 10:08 WIB
Wellington (ANTARA News) - Para pendaki gunung boleh jadi tak dapat lagi menyalurkan hobi mereka mendaki puncak gunung tertinggi Selandia Baru, Mount Cook, yang tingginya mencapai 3.754 meter, pada musim panas ini, sehubungan pemanasan global telah membuat salju yang menyelimuti gunung itu meleleh, sebuah koran melaporkan Selasa. Gottlieb Braun-Elwert, direktur Rekreasi Alpen, sebuah perusahaan pemandu wisata yang berkedudjukan di Mount Cook, mengemukakan kepada The Press yang berbasis di Christchurch, kondisi di gunung itu memburuk dan rute akses yang biasanya dekat Linda Glacier kini meleleh sehingga sangat berbahaya untuk dilalui. "Kita mengalami musim dingin yang sangat kurang dengan amat sedikit salju dan berbagai glasier dalam kondisi yang kurang baik," katanya, seperti dikutip AFP. "Ratusan pendaki gunung Selandia Baru dan asing mendaki Mount Cook - yang dikenal sebagai Aoraki, "penembus awan" menurut bahasa penduduk asli setempat, Maori, setiap musim panas, namun para pemandu setempat memperingatkan gunung itu kini semakin berbahaya untuk didaki. Menurut Braun-Elwert, masih ada beberapa gunung lainnya yang dapat dapat didaki di Alpen Selatan Selandia Baru, tempat 18 puncak gunung lainnya menjulang setinggi lebih dari 3.000 meter, tetapi banyak orang merasa kecewa bila mereka tak bisa mendaki Aoraki atau Mount Cook. "Pemanasan cuaca kini merupakan suatu kenyataan," katanya. "Saya telah menyaksikan berbagai glasier selama 30 tahun dan telah terjadi perubahan dramatis di Selandia Baru dan luar negeri. "Itu suatu yang perlu diwaspadai semua orang, bukan hanya oleh para pendaki gunung." Manajer program Mount Cook yang berada di bawah Departemen Konservasi, Erik VanderSpeck, menjelaskan kepada The Press salju yang turun pada musim dingin tahun lalu sekitar dua meter di bawah normal di Taman Nasional Aoraki-Mount Cook. "Suhu hangat yang tak biasanya menyelimuti seluruh taman hingga Hari Natal," katanya. (*)


Copyright © ANTARA 2006