Generasi muda NU yang tergabung dalam Majelis Alumni (MA) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) mendorong agar muktamar ke-34 NU merumuskan desain besar dalam menyiapkan rijalul ishlah atau aktor-aktor perubahan.Kita juga perlu mengadaptasi perubahan masyarakat yang begitu akseleratif
"NU meneguhkan perkhidmatan pada umat dan bangsa dalam masa seratus tahun yang kedua. Nabi menegaskan bahwa dalam 100 tahun akan hadir pembaharu (mujaddid atau reformer). Karenanya, hal tersebut perlu disiapkan dalam Muktamar Ke-34 nanti," ujar Sekjen Majelis Alumni IPNU Asrorun Niam dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.
Asrorun mengatakan tak lama lagi Nahdlatul Ulama akan genap berusia 100 tahun. Muktamar Ke-34 menandai akhir abad pertama, sekaligus mengawali abad kedua organisasi masyarakat (Ormas) Islam terbesar di Indonesia itu.
Dalam menyongsong abad kedua organisasi yang ditandai oleh Muktamar, generasi muda NU menggelar Mudzakarah Nasional yang bertema ‘Menuju Satu Abad NU: Konsolidasi Kader Muda NU dalam Meneguhkan Perkhidmatan untuk Peradaban Dunia’, sejak Senin hingga Selasa di Jakarta.
Baca juga: Muktamar Nahdlatul Ulama cermin hubungan baik ulama dan umara
Baca juga: Konser Amal Muktamar NU ke-34 digelar secara hibrida
Musyawarah ini mendiskusikan peran NU di tengah perubahan masyarakat. Menurutnya, era digital telah mendisrupsi tatanan masyarakat, termasuk pengelolaan organisasi. Untuk itu, muktamar perlu merumuskan desain khidmah organisasi di tengah masyarakat yang berubah.
Dorongan aktor-aktor perubahan itu dapat dimulai dengan penyiapan kader muda NU yang sudah banyak berperan di ruang-ruang publik. Mereka dapat ditempatkan di posisi strategis demi menyongsong perubahan zaman.
"Kita juga perlu mengantisipasi dan mengadaptasi perubahan masyarakat yang begitu akseleratif sehingga pengelolaan organisasi harus didesain di tengah masyarakat yang berubah seperti hari ini," kata dia.
Disinggung perihal waktu pelaksanaan muktamar yang masih belum jelas seiring dengan adanya kebijakan PPKM Level 3, menurut Niam, hal tesebut merupakan ranah PBNU yang memutuskan.
"Sepelik apapun masalah, dalam tradisi NU selalu ada jalan terbaik untuk menyelesaikan, apalagi soal tanggal pelaksanaan. Majelis alumni menyerahkan kepada PBNU dan para masyayikh. Kematangan khazanah keagamaan pasti akan memandu guna mencari titik temu dan jalan keluar," kata dia.
Baca juga: PWNU Jatim siap jalankan keputusan Rais Aam PBNU
Baca juga: 27 PWNU dukung Rais Aam dan tegaskan siap muktamar 17 Desember
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021