Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 652,22 poin atau 1,86 persen, menjadi menetap di 34.483,72 poin. Indeks S&P 500 tergelincir 88,27 poin atau 1,90 persen, menjadi berakhir di 4.567 poin. Indeks Komposit Nasdaq terperosok 245,14 poin atau 1,55 persen, menjadi ditutup pada 15.537,69 poin.
Untuk bulan ini (November), indeks S&P mencatat penurunan 0,8 persen, sedangkan indeks Dow jatuh 3,7 persen dan Nasdaq menguat 0,25 persen.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan tujuh sektor jatuh lebih dari 2,0 persen. Sektor jasa komunikasi memimpin kerugian dengan penurunan 3,0 persen diikuti oleh penurunan utilitas 2,9 persen. Sementara sektor energi berada di bawah tekanan sepanjang sesi, ditutup jatuh 2,5 persen karena harga minyak anjlok.
Performa teratas adalah teknologi informasi dengan hanya menyusut 0,96 persen, dengan bantuan dari Apple Inc yang membual rekor penutupan tertinggi dan kenaikan 3,2 persen pada Selasa (30/11/2021).
Dalam sebuah kesaksian di hadapan Komite Perbankan Senat, Powell mengindikasikan bahwa dia tidak lagi menganggap inflasi tinggi sebagai "sementara" dan bahwa The Fed akan meninjau kembali jadwal untuk mengurangi program pembelian obligasi pada pertemuan berikutnya dalam dua minggu.
"Komentar Powell mengacaukan pemikiran pasar dalam hal waktu potensial tapering. Anda melihat sebagai akibatnya, penghindaran risiko di seluruh papan perdagangan," kata Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities di Los Angeles.
"Anda juga harus mempertimbangkan kekhawatiran varian Omicron. Anda dapat berdebat apakah itu lebih merupakan risiko utama atau risiko kenyataan, tetapi terlepas dari itu, itu memiliki dampak signifikan pada minyak, dan segala sesuatu yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi."
Komentar Powell juga memicu spekulasi di antara beberapa investor tentang potensi percepatan kenaikan suku bunga.
"Kontributor utama penurunan harga saham hari ini adalah komentar Powell, mengenai pertemuan Fed mendatang, tentang percepatan pengurangan program pembelian obligasi mereka, yang jelas mengarah pada prospek kenaikan suku bunga datang lebih cepat tahun depan," kata Mark Luschini, kepala strategi investasi di Janney Montgomery Scott di Philadelphia.
"Pergeseran nada yang agak hawkish itu membuat pasar datar," kata Luschini.
Sementara itu, pasar juga dibiarkan menunggu informasi tentang betapa berbahayanya varian Omicron, sejauh mana vaksinasi saat ini dapat menawarkan perlindungan dan pembatasan tambahan yang mungkin harus diterapkan pemerintah yang dapat merugikan ekonomi, kata Luschini.
Penurunan pada Selasa (30/11/2021) adalah pembalikan tajam setelah reli pada Senin (29/11/2021) di mana saham mendapatkan kembali beberapa kekuatan yang telah hilang pada Jumat (26/11/2021) ketika pasar di landa aksi jual luas dengan cepat di tengah berita varian baru virus.
"Pasar jelas berada di zona berbahaya saat ini. Anda telah mengalami dua kemunduran signifikan dari tiga hari perdagangan terakhir. Ini tentu saja mengguncang sebagian dari kepuasan jangka panjang di pasar," kata James dari Wedbush.
Sementara Badan Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) mengatakan mereka berharap memiliki informasi tentang efektivitas vaksin COVID-19 saat ini terhadap Omicron, ketika perusahaan-perusahaan vaksin terpecah.
Kepala eksekutif BioNTech mengatakan vaksin yang dipasok perusahaannya dalam kemitraan dengan Pfizer kemungkinan akan menawarkan perlindungan yang kuat dari penyakit parah dalam berbagai kasus. Tetapi CEO Moderna Inc mengatakan kepada Financial Times bahwa vaksin COVID-19 tidak mungkin seefektif terhadap varian baru seperti sebelumnya.
Saham Moderna tergelincir 4,4 persen, sementara Regeneron Pharmaceuticals Inc kehilangan 2,7 persen setelah mengatakan pengobatan antibodi COVID-19 dan obat serupa lainnya bisa kurang efektif melawan Omicron.
Saham perjalanan dan liburan merosot, dengan indeks S&P 1500 Hotels, Restaurant and Leisure turun lebih dari 2,0 persen sementara indeks S&P 1500 Airlines melemah 0,6 persen.
Ketidakpastian virus telah memicu tanda bahaya baru pada saat kebuntuan rantai pasokan membebani pemulihan ekonomi dan bank-bank sentral secara global mempertimbangkan untuk kembali ke kebijakan moneter pra-pandemi guna mengatasi lonjakan inflasi.
Sementara itu, data menunjukkan kepercayaan konsumen AS tergelincir pada November di tengah kekhawatiran tentang meningkatnya biaya hidup dan pandemi COVID-19 yang tiada henti.
Baca juga: Saham Inggris berakhir melemah, indeks FTSE 100 tergerus 0,71 persen
Baca juga: Emas jatuh 8,7 dolar setelah Powell berikan pernyataan "hawkish"
Baca juga: Khawatir kemanjuran vaksin, minyak jatuh dengan WTI anjlok 5 persen
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021