Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebutkan agenda kunjungannya di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah untuk menggaungkan narasi persatuan dan perdamaian bangsa bersama Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.Kami resah dengan pertengkaran di republik ini sehingga Jawa Barat dan Yogyakarta akan menarasikan persatuan, pertukaran budaya, perdamaian, mudah-mudahan menyeimbangkan
Saat menjadi pembicara dalam Ledership Forum: Road to 2024 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Yogyakarta, Kamis, Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil menilai narasi persatuan itu penting mengingat polarisasi masih terjadi di masyarakat sebagai imbas politik praktis masa lalu.
Baca juga: Sultan-Kang Emil sepakat lupakan "masa lalu" untuk persatuan bangsa
"Kami resah dengan pertengkaran di republik ini sehingga Jawa Barat dan Yogyakarta akan menarasikan persatuan, pertukaran budaya, perdamaian, mudah-mudahan menyeimbangkan," ujar dia.
Menurut dia, polarisasi di tengah masyarakat hingga kini masih ada. Hal itu ditunjukkan dengan belum hilangnya labelisasi untuk kelompok pendukung politik tertentu.
"Kami punya kesepahaman dengan Ngarsa Dalem (Sultan HB X), negeri ini lebih banyak bertengkar, bising di WhatsApp, Instagram. Negara dibelah oleh (labelisasi) dua kelompok 'cebong' dan 'kampret'," kata dia.
Karena itu, ia berharap rangkaian kegiatannya di Yogyakarta dengan menghelat pameran lukisan hingga menyepakati sinergi Yogyakarta-Jawa Barat dalam berbagai bidang bersama Sultan HB X menjadi contoh keharmonisan yang mengubah perpecahan menjadi persatuan.
"Kita narasikan antitesis dari kebisingan itu dengan kebersatuan ini. Saya datang minggu ini (di Yogyakarta) dan Ngarsa Dalem akan datang ke Bandung minggu depan," ujar dia.
Sultan HB X yang juga Raja Keraton Yogyakarta, menurut Kang Emil, telah melakukan politik perdamaian dengan menginisiasi nama beberapa jalan di Yogyakarta dengan Jalan Padjajaran dan Jalan Siliwangi.
Sedangkan di Jawa Barat juga merespons inisiatif baik itu dengan memunculkan nama Jalan Majapahit dan Hayam Wuruk di Bandung.
Upaya itu, kata dia, penting sebagai simbol rekonsiliasi sejarah masa lalu dengan adanya perang bubat yang membuat hubungan Jawa-Sunda tidak harmonis.
"Jangan melulu kalau 'ngomongin' politik itu partai apa, 2024 bagaimana, itu namanya politik praktis, tapi politik perdamaian yang fundamental adalah seperti yang kami lakukan," ujar dia.
Ia berharap narasi persatuan itu dapat menjadi simbol yang memersatukan seluruh elemen bangsa.
"Kami sepakat Yogyakarta dan Jawa Barat akan menjadi poros yang memperlihatkan keharmonisan," tutur Ridwan Kamil.
Baca juga: Kang Emil beri isyarat lewat lukisan soal maju Pilpres 2024
Baca juga: Survei JSPP: Mayoritas warga Jabar ingin Ridwan Kamil maju di Pilpres
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2021