Inflasi misalnya, telah meningkat di banyak negara maju dan negara berkembang. Tekanan inflasi ini tentunya akan memaksa negara untuk menyesuaikan kebijakannya,
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengingatkan proses pemulihan semua negara di dunia tak akan mudah dan mulus, sehingga seluruh pihak harus sangat mewaspadai hal ini.
"Inflasi misalnya, telah meningkat di banyak negara maju dan negara berkembang. Tekanan inflasi ini tentunya akan memaksa negara untuk menyesuaikan kebijakannya, terutama dari sisi moneter melalui pengetatan atau kenaikan suku bunga," ujar Menkeu Sri Mulyani dalam acara OJK-OECD Conference di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, pengetatan kebijakan moneter tersebut pun akan memiliki implikasi serius atau spillover effect bagi seluruh dunia, termasuk potensi volatilitas pasar keuangan atau bahkan krisis.
Dengan demikian, lanjutnya, kebijakan Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), serta kebijakan bank sentral Eropa tentunya akan berpotensi memberikan efek limpahan ke seluruh dunia, sehingga seluruh negara harus sangat waspada dengan situasi yang dinamis ini.
Sri Mulyani tak ingin dunia berakhir dalam situasi di mana proses pemulihan masih terlalu dini, rapuh, dan lemah, sementara inflasi sudah mengambil alih.
"Jadi ini semacam situasi spekulasi atau tantangan," ucap Menkeu Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani: Pandemi COVID-19 dorong percepatan inklusi keuangan
Indonesia sendiri, kata dia, kini terus menggenjot proses pemulihan dengan pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2021 yang sangat kuat di atas tujuh persen, namun pada triwulan III-2021 COVID-19 varian Delta sedikit menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun ke level 3,5 persen.
Untuk keseluruhan tahun 2021, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan dalam rentang 3,5 persen sampai empat persen, yang kemudian semakin bertumbuh menjadi 5,2 persen pada tahun 2022.
Sri Mulyani berpendapat Indonesia sudah mengelola COVID-19 terutama dari varian Delta dengan sangat signifikan, kredibel, serta efektif, sehingga rata-rata kasus positif saat ini berada di bawah 500 setiap harinya, yang merupakan kemajuan signifikan dibandingkan dengan angka pada Juli 2021 yang di atas 55 ribu kasus.
Selain itu, kata dia, program vaksinasi juga terus dipercepat dan ditingkatkan yang saat ini hampir mendekati 60 persen hingga 65 persen dari populasi per November 2021, sehingga menempatkan Indonesia pada peringkat kelima dunia dengan vaksinasi terbanyak.
"Namun terlepas dari pencapaian ini Indonesia tetap waspada karena COVID-19 terus menciptakan mutasi baru. Ini juga membuat tantangan tambahan atau berbeda seperti yang kita saksikan sekarang varian Omicron menjadi perhatian," tutur Menkeu Sri Mulyani.
Baca juga: Sri Mulyani waspadai varian Omicron terhadap pemulihan RI
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021