Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengatakan bahwa menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru pemerintah memantau enam indikator penularan virus corona, yakni angka kasus aktif, angka reproduksi efektif COVID-19, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit (Bed Occupancy Rate/BOR) Rumah Sakit Wisma Atlet, cakupan vaksinasi, kepatuhan terhadap protokol kesehatan, dan mobilitas warga.
Dalam konferensi pers yang diikuti lewat siaran YouTube BNPB dari Jakarta, Kamis malam, Wiku mengatakan bahwa meski angka kasus COVID-19 mingguan menurun, angka kasus aktif mengalami peningkatan selama empat hari berturut-turut sejak 23 November 2021.
Menurut dia, angka kasus aktif COVID-19 naik dari sekitar 7.900 pada 23 November menjadi 8.000 kasus pada hari berikutnya. "Di hari berikutnya meningkat lagi menjadi sekitar 8.000 dan terakhir meningkat menjadi 8.200 pada 27 November 2021," katanya.
Ia menambahkan, kasus aktif COVID-19 di Pulau Jawa-Bali dilaporkan meningkat dari 3.600 kasus pada 23 November menjadi 3.800 kasus pada 28 November 2021.
Selain itu, Wiku mengatakan, BOR ruang isolasi Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta, dalam dua hari terakhir meningkat dari 2,94 persen jadi 3,67 persen.
"BOR di Wisma Atlet meningkat di November dari 1,76 persen menjadi 2,2 persen," katanya, menambahkan, meski terbilang kecil peningkatan keterisian tempat tidur pasien di RSDC Wisma Atlet tetap harus diwaspadai.
Wiku mengatakan, pemerintah juga mewaspadai adanya peningkatan angka reproduksi efektif atau angka reproduksi penyakit dalam periode waktu tertentu setelah adanya intervensi.
"Meskipun angka reproduksi efektif masih di bawah 1 persen, namun perlu diwaspadai bahwa angka reproduksi efektif juga meningkat dalam lima pekan terakhir. Indonesia mengalami peningkatan dari 0,96 menjadi 0,98," katanya.
Ia mengatakan bahwa peningkatan angka reproduksi efektif terjadi di semua pulau kecuali Maluku dan Nusa Tenggara. "Reproduksi efektif di tingkat pulau juga berkisar antara 0,95 hingga 0,99, di mana angka ini sudah mendekati 1," katanya.
Wiku juga mengemukakan bahwa mobilitas penduduk sudah cenderung meningkat. "Data menunjukkan bahwa mobilitas menggunakan kereta api mengalami kenaikan lima kali lipat dalam lima bulan terakhir," katanya.
Menurut dia, jumlah penumpang yang melakukan perjalanan menggunakan kereta api pada Juli 2021 sekitar 100 ribu penumpang dan pada November 2021 jumlahnya meningkat menjadi hampir 600 ribu orang.
"Mobilitas (penumpang yang menggunakan) pesawat terbang juga meningkat 350 persen dalam lima bulan terakhir. Jumlah perjalanan pesawat pada Juli 350 ribu, pada November meningkat menjadi sekitar 1,6 juta," katanya.
Wiku mengatakan, idealnya peningkatan mobilitas warga diikuti dengan peningkatan kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Namun yang terlihat dari data-data tidak demikian.
"Dalam pekan terakhir cakupan desa/kelurahan yang patuh memakai masker dan jaga jarak mengalami penurunan," katanya.
Menurut dia, di desa/kelurahan tingkat kepatuhan warga memakai masker turun dari 76,42 persen menjadi 74,91 persen dan kepatuhan menjaga jarak turun dari 78,60 persen jadi 77,69 persen.
Wiku mengatakan, jumlah desa/kelurahan yang tercakup dalam pemantauan penerapan protokol kesehatan juga berkurang dari sekitar 21 ribu desa/kelurahan pada Juli menjadi sekitar sembilan ribu desa/kelurahan pada pekan ini.
"Ini menunjukkan pengawasan dan pelaporan prokes sudah mulai longgar," katanya.
Di samping itu, ia melanjutkan, cakupan vaksinasi COVID-19 juga belum mencapai target. "Capaian (vaksinasi) dosis satu vaksin memang sudah hampir 70 persen, namun dosis kedua baru mencapai 45 persen sehingga harus terus dikejar," katanya.
Baca juga:
29.208 posko COVID-19 desa perkuat pencegahan gelombang ketiga
Jawa Barat mengalami penambahan kasus COVID-19 paling banyak
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2021