"Literasi digital ini memegang peranan penting bagi perlindungan konsumen ketika berbelanja online. Mengambil contoh, kasus-kasus COD (cash on delivery) yang viral, basisnya adalah pemahaman yang belum cukup, namun sudah menggunakan (platform belanja daring). Ada hal-hal yang mungkin belum terpikirkan, termasuk keamanan," jelas Budi dalam acara diskusi virtual pada Jumat.
Baca juga: Kecakapan digital syarat utama ciptakan ruang digital produktif
Lebih lanjut, Budi mengatakan dari sisi platform, pihaknya menganggap keamanan data sangatlah penting. Terdapat sistem yang dikerjakan, bersama regulator seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk mengamankan data dan aktivitas pengguna di layanannya.
"Namun, terdapat celah-celah yang datang dari konsumen yang belum paham soal (bahayanya) sharing password, PIN, dan lainnya. Dengan transformasi digital yang cepat, ternyata ada gap yang juga harus diminimalisir," kata dia.
Budi sendiri tak menampik bahwa pandemi merupakan akselerator dari transformasi digital, dimana mau tidak mau, masyarakat yang sebelumnya masih awam menggunakan teknologi untuk aktivitas hariannya, harus beradaptasi dengan cepat untuk mengikuti zaman.
"Kami melihat ada gap, karena itu, kami dari asosiasi melihat bahwa literasi digital sangatlah diperlukan. Penetrasi internet dan kepemilikan ponsel meningkat jauh di Indonesia seiring dengan fokus pemerintah di transformasi digital, bersama dengan pembangunan infrastruktur, dan lainnya," kata Budi.
"Masyarakat Indonesia sudah harus ikut berpartisipasi di sana. Baik pembeli maupun penjual harus melakukan transformasi dari cara mereka bertransaksi," ujarnya menambahkan.
Asosiasi juga bekerja sama dengan pemerintah seperti melalui Gernas BBI untuk membantu UMKM mengembangkan bisnis di e-commerce.
"Sehingga, ada edukasi di sana. Yang masih menjadi PR adalah di sisi konsumen. Edukasi yang diterima masih sedikit. Banyak orang yang masih gaptek. Masih ada terjadi permasalahan dari segi pemahaman, dan ini PR kita semua," imbuh Budi.
Ia berharap, dengan akselerasi literasi digital yang semakin baik, nantinya juga akan menciptakan talenta digital yang mumpuni dan berkontribusi bagi Indonesia.
"Ekonomi digital punya potensi yang besar. Ini adalah tanggung jawab kita semua untuk mengembangkan SDM kita agar siap memaksimalkan produk digital, sehingga semakin inklusif. Bersama kita bisa," ujar Budi.
Baca juga: Masyarakat kian melek digital dan berani untuk laporkan konten negatif
Baca juga: OJK: Inovasi produk digital tumbuh lebih cepat dari literasi konsumen
Baca juga: OJK ungkap faktor pinjol ilegal masih menjamur di Indonesia
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021