Anak usaha BUMD DKI Jakarta, PT JakLingko Indonesia, memproyeksikan pendapatan tiket Rp5,5 triliun pada 2029, melalui sistem pembayaran dan tarif terintegrasi antarmoda mulai Maret tahun depan.setelah 100 persen semuanya menggunakan elektrifikasi
Direktur Utama PT JakLingko Indonesia, Muhamad Kamaluddin, menjelaskan berdasarkan survei dan kajian ekonomi LPEM UI, pendapatan fiskal dari integrasi antarmoda tersebut terus meningkat dalam jangka panjang.
"Secara jangka panjang, pendapatan tiket di Jabodetabek ini saja bisa mencapai Rp5,5 triliun pada 2029. Kami targetkan setelah 100 persen semuanya menggunakan elektrifikasi," kata Kamaluddin dalam webinar Bank Indonesia secara virtual, di Jakarta, Jumat.
Kamaluddin menjelaskan bahwa pendapatan fiskal tercatat meningkat hingga Rp2,8 triliun per tahun untuk pemerintah pusat dan Rp811 miliar per tahun untuk pemerintah daerah.
Kemudian, nilai tanah di kawasan berorientasi transit atau "Transit Oriented Development" (TOD) meningkat hingga 5,1 persen dari nilai saat ini.
Baca juga: Koantas Bima gabung ke TJ-JakLingko jadi bukti DKI berbenah
Kemudian, pendapatan operator transportasi di Ibu Kota juga akan meningkat dengan kenaikan jumlah penumpang yang menggunakan transportasi umum.
Menurut Kamal, jumlah penumpang akan meningkat seiring dengan tarif yang lebih terjangkau menggunakan multimoda transportasi.
Adapun JakLingko mulai menerapkan tarif integrasi antarmoda transportasi yang lebih terjangkau bagi masyarakat di Jabodetabek mulai Maret 2022.
Tarif integrasi dengan harga terjangkau diterapkan untuk penggunaan semua moda transportasi di bawah jaringan JakLingko, yakni PT KCI (Kereta Commuter Indonesia), MRT, LRT dan TransJakarta.
Sebelumnya, JakLingko telah menuntaskan sistem integrasi antarmoda tahap pertama dengan pencanangan kartu dan aplikasi pada September 2021.
Baca juga: JakLingko gandeng perusahaan Prancis untuk menjamin keamanan data
Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2021