"Dari insiden kebakaran kemarin, kita disadarkan betapa pentingnya ketersediaan data dan konektivitas ke website dan aplikasi kita," kata pimpinan Exabytes Indonesia, Indra Hartawan, kepada ANTARA, Sabtu.
Gedung Cyber 1 di Jakarta Selatan merupakan salah satu lokasi pusat data di ibu kota. Peristiwa kebakaran di sana beberapa hari lalu menyebabkan sejumlah website dan layanan digital tumbang.
Baca juga: Data center dinilai sebagai tulang punggung bagi industri digital
Para pelaku bisnis, terutama usaha, kecil mikro dan menengah (UMKM) yang hampir dua tahun belakangan semakin banyak masuk ke dunia digital, diminta untuk membuat cadangan data tambahan apalagi jika layanan yang mereka gunakan tidak menyediakan cadangan atau rencana bisnis berkelanjutan (business continuity plan) yang memadai.
Menurut Indra, salah satu hal yang harus diperhatikan dalam rencana bisnis berkelanjutan adalah ketersediaan pusat pemulihan bencana (disaster recovery center) ketika harus berhadapan dengan force majeure seperti kemarin.
Dia menyadari penerapan pusat pemulihan bencana yang lengkap membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Selain itu, dukungan infrastruktur di Indonesia masih belum seluruhnya menjangkau pemulihan setelah bencana.
"Masih perlu dukungan bersama pemerintah untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai mekanisme pentingnya Disaster Recovery Center untuk menghadapi krisis jika terjadi insiden," kata Indra.
Ketika disinggung mengenai mitigasi untuk insiden besar, menurut Exabytes Indonesia, antara lain perlu ada cadangan data secara berkala dan memiliki pusat data di beberapa tempat supaya rencana pemulihan bencana (disaster recovery plan) untuk pengamanan data pelanggan bisa dijalankan lebih cepat.
Baca juga: Telkom kaji rencana konsolidasi data center
Baca juga: Hawaiki-Moratelindo garap infrastruktur komunikasi kabel bawah laut
Baca juga: REAL jajaki kolaborasi bisnis data center dengan DCII
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021