Kami mengharapkan akan ada lebih banyak industri pengolahan susu
Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi kepada para pelaku industri pengolahan susu di tanah air yang berkomitmen untuk memperkuat kemitraan dengan koperasi dan peternak sapi perah lokal untuk menjaga pasokan bahan baku yang terintegrasi sehingga bisa meningkatkan produktivitas dan kualitas susu segar dalam negeri (SSDN).
“Misalnya, kami mengapresiasi komitmen dan upaya Nestlé Indonesia untuk terus mengembangkan dan memperkuat kemitraan dengan koperasi dan peternak sapi perah di Jawa Timur yang sudah dijalin selama bertahun-tahun,” papar Plt Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Putu menyampaikan hal itu dalam acara Penghargaan Mitra Peternak Sapi Perah di Jawa Timur oleh PT Nestlé Indonesia di Malang.
Berbagai program dan pola kemitraan yang telah dilakukan Nestlé Indonesia, antara lain rearing anakan sapi perah, pendampingan peternak, subsidi pakan, modernisasi dan standardisasi Tempat Penampungan Susu (TPS) serta pembinaan Good Dairy Farming Practices (GDFP).
Setiap hari, PT Nestlé Indonesia membeli lebih dari 750.000 liter susu segar dari 27.000 peternak sapi perah yang tergabung di 40 koperasi dan kelompok peternak di 16 kabupaten di Jawa Timur.
“Diharapkan, kontribusi berkelanjutan Nestlé Indonesia terhadap sektor peternakan sapi perah rakyat dapat membantu mengatasi berbagai kendala persusuan di sektor hulu, sehingga dapat mendorong kuantitas dan kualitas susu segar di dalam negeri,” papar Putu.
Selain itu, kemitraan PT Nestlé yang semakin baik diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak sapi perah, sehingga semakin termotivasi untuk meningkatkan produksi susu segar dan jumlah sapi perah yang dimilikinya.
“Kami mengharapkan akan ada lebih banyak industri pengolahan susu lain yang mengikuti jejak PT Nestlé Indonesia untuk terus mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan koperasi susu dan peternak sapi perah di Indonesia,” imbuhnya.
Guna mengatasi berbagai persoalan pengembangan SSDN, menurut Putu, diperlukan dukungan fasilitas dan kebijakan pemerintah yang berpihak kepada koperasi susu dan peternak sapi perah di sektor hulu. Sebagai contoh, Kemenperin telah memberikan bantuan cooling unit kepada koperasi susu sejak tahun 2007.
“Pada tahun 2021, kami telah membantu salah satu koperasi susu untuk membangun Milk Collection Point (MCP). Dan, pada tahun 2022 nanti, selain membangun MCP selanjutnya, Kemenperin juga akan membantu program digitalisasi tempat penampungan susu sebagai persiapan diterapkannya Neraca Komoditas,” ungkapnya.
Presiden Direktur Nestlé Indonesia Ganesan Ampalavanar mengemukakan selama 50 tahun beroperasi, perusahaan berpegang teguh pada komitmen kami untuk berinvestasi di Indonesia, dengan fokus untuk menciptakan lebih banyak lapangan kerja, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku setempat, termasuk susu segar.
Selain itu, menghasilkan produk makanan dan minuman berkualitas dan bergizi yang aman dan lezat bagi konsumen, serta berkontribusi pada pembangunan ekonomi Indonesia.
“Setiap tahun, Nestlé Indonesia membayar sekitar Rp1,6 triliun untuk pembelian susu segar kepada para peternak sapi perah di pedesaan, yang mendukung pembangunan ekonomi pedesaan dan penghidupan para peternak sapi perah,” ujarnya.
Kemitraan itu merupakan wujud nyata keyakinan bagi perusahaan, bahwa untuk mencapai sukses jangka panjang, masyarakat sekitar perusahaan juga harus sejahtera.
Di lokasi yang berbeda, PT Indolakto juga melakukan program strategis pemberdayaan mitra peternak sapi perah lokal. Perusahaan ini turut berperan aktif dalam peningkatan SDM peternak dan koperasi, peningkatan populasi sapi perah, sarana dan prasarana, dan manajemen pakan yang berkelanjutan.
“Program prioritas yang kami lakukan, antara lain Good Farming Practices dan penanganan susu segar yang baik, peningkatan kepemilikan sapi di peternak, serta feed sustainability,” kata Anang Suprianto selaku Factory Manager PT Indolakto Purwosari.
Menurutnya, PT Indolakto terus melakukan inovasi berbagai produknya untuk memenuhi kebutuhan dan selera konsumennya. Berbagai upaya lain juga dilakukan, seperti pemenuhan standar nasional dan internasional agar seluruh produknya dapat diterima di pasar domestik dan ekspor.
“Kami telah menerapkan teknologi industri 4.0 dalam proses produksi untuk meningkatkan efisiensi. Bahkan, kami berupaya juga menerapkan digitalisasi dalam program kemitraan kami dengan para peternak sapi dan koperasi,” terangnya.
Selain itu, guna memenuhi kebutuhan pakan hijauan bagi para peternak sapi mitranya, PT Indolakto Purwosari sedang mengembangkan budidaya rumput Pakchong.
Jenis rumput persilangan King Grass dan Perli Millet tersebut dinilai memiliki keunggulan, seperti lebih tinggi nutrisinya dibanding rumput gajah dan rumput odot. Pengembangan rumput Pakchong ini dilakukan bersama mitra koperasinya.
Baca juga: Kemenperin pacu produktivitas susu segar dalam negeri
Baca juga: Kemenperin dorong peningkatan produksi susu sapi perah
Baca juga: Kemenperin: Industri pengolahan susu potensial dikembangkan di RI
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021