Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), yang dikutip di Jakarta, Rabu, salah satu inisiatif menekan emisi karbon adalah program penghijauan yang untuk tahun ini sudah disepakati bersama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dalam Work Program and Budget (WP&B) mencakup 6,9 juta pohon seluas 14,1 ribu hektare.
Jumlah tersebut diproyeksikan bisa menyerap CO2 mencapai 87,1 ribu ton per tahun. Program penghijauan itu pun telah masuk dalam Key Performance Indicator (KPI) SKK Migas.
Sejumlah inisiatif untuk menekan emisi karbon tersebut adalah:
1. Penerapan Kebijakan dan Regulasi
- Komitmen Paris Agreement
- Berdasarkan zero flaring yang tertuang dalam Permen ESDM 17/2021
- Penilaian Proper berdasar Kepmenkeu No 1/2021, pengelolaan energi berdasar Permen ESDM No 14/2012 dan PTK 005 SKK Migas
- Penyusunan Permen ESDM tentang Carbon Capture and Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization Storage (CCUS).
2. Pengelolaan energi
- Menurunkan intensitas energi
- Fuel switching
- Design & engineering yang menerapkan konservasi energi, kebijakan perusahaan
dalam pemanfaatan energi.
- Penerapan LCA (Llife Cycle Analisys)
- Pemrosesan ulang limbah.
3. Zero routing flaring
- Monetisasi associated gas, termasuk konversi elpiji
- Pemanfaatan associated gas untuk fuel operasi, pressure maintenance dan lain-lain
-SKK Migas juga mendorong monetisasi kapasitas lebih power generation.
4. Mengurangi emisi kebocoran
- Melakukan pengukuran dan monitoring emisi kebocoran (fugitive emission)
- Inspeksi rutin dan check minor terhadap fasilitas produksi.
- Memperbaiki kebocoran dan pipa open ended
- Meningkatkan aktifitas offloading
- Meningkatkan manajemen stok minyak mentah
5. Penghijauan atau reforestation
- Penanaman mangrove di area pantai (KKKS offshore & nearshore)
- Rehabiilitasi DAS, penanaman kembali di area perkantoran, ORF, shorebase
6. CCS/CCUS
- Penerapan reinjeksi gas pada gas enhanced recovery
- Pengkajian pemanfaatan CCU/CCUS
Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan pihaknya tengah menyusun peta jalan pengelolaan lingkungan industri hulu migas.
Baca juga: SKK Migas susun peta jalan inisiatif rendah karbon
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menjelaskan saat ini dunia dihadapkan pada tantangan untuk mengendalikan emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
"Perusahaan-perusahaan minyak pun sudah beberapa punya target net zero emissions atau karbon netral di 2050," katanya.
Menurut dia, salah satu emisi yang tinggi di industri migas adalah gas metana. "Metana punya global warming potential sebesar 20x dari CO2. Jadi, mengurangi gas metana, dari sudut pandang pengendalian emisi GRK sebenarnya lebih cost effective," ungkap Fabby.
Baca juga: IESR: Perlu aksi nyata transisi energi untuk turunkan emisi GRK
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021