Saya memanen yang rusak terlebih dahulu. Kalau dibiarkan nanti akan busuk, untuk sekarang ini masih bisa dijual dan bisa dikonsumsi
Sejumlah petani yang ada di Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terpaksa melakukan panen dini cabai pada lahan milik mereka yang merupakan imbas dari letusan Gunung Semeru.
Salah Seorang petani cabai di Desa Supiturang Yati (45), di Kabupaten Lumajang, Rabu, mengatakan panen dini harus dilakukan agar cabai yang terkena dampak letusan Gunung Semeru itu tidak rusak dan masih memiliki nilai ekonomis.
"Saya panen agar tidak rusak. Sebenarnya untuk waktu panen masih lama, masih tiga bulan lagi," katanya.
Yati menambahkan cabai besar yang ditanam di ladang miliknya sebagian besar rusak akibat terkena abu vulkanik dari letusan Gunung Semeru. Saat ini Yati mengambil sisa-sisa cabai yang mulai rusak untuk kemudian dijual.
Sementara untuk cabai yang tidak terlalu terkena dampak, lanjutnya, tetap dirawat hingga masa panen. Ia mengharapkan tanaman cabai yang tersisa bisa tumbuh dengan baik, agar bisa mendapatkan harga jual yang bagus.
"Saya memanen yang rusak terlebih dahulu. Kalau dibiarkan nanti akan busuk, untuk sekarang ini masih bisa dijual dan bisa dikonsumsi," ujarnya.
Baca juga: Mentan beri bantuan kepada petani terdampak erupsi Gunung Semeru
Menurut Yati, ia memiliki luas lahan kurang lebih satu hektare. Meskipun terdampak letusan Gunung Semeru, ia meyakini tidak terlalu banyak mengalami kerugian karena tidak semua tanaman cabai miliknya rusak.
Ia berharap bencana yang terjadi di wilayahnya itu bisa segera berakhir dan ditangani dengan baik, sehingga ia bersama keluarganya bisa pulang ke rumah dan beraktivitas seperti sebelum terjadi letusan Gunung Semeru.
"Kerugian tidak seberapa karena cuma sedikit yang rusak. Saat ini saya masih mengungsi, semoga ini cepat berakhir. Rumah saya rusak sedikit," katanya.
Gunung Semeru meletus pada 4 Desember 2021 dan mengeluarkan awan panas guguran mengarah ke Besuk Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kurang lebih pukul 15.20 WIB.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga pukul 10.30 WIB, ada sebanyak 34 orang dilaporkan meninggal dunia, 82 luka ringan dan 26 orang luka berat. Selain itu, sebanyak 16 orang hingga saat ini masih dalam pencarian.
Baca juga: Mentan agendakan tiga penanganan pertanian di wilayah Semeru
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021