“Kuncinya adalah kebijakan fiskal dan moneter yang pas, kombinasi kerja sama antara pemerintah dan Bank Indonesia dalam burden sharing, dan reformasi struktural yang dilakukan melalui UU Cipta Kerja,” kata Airlangga dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, banyak lembaga internasional, termasuk Bank Dunia, yang mengapresiasi upaya Indonesia dalam menyeimbangkan penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi, yang menjadi catatan tersendiri karena Indonesia sebagai negara berkembang mampu berdikari di tengah pandemi.
Kredibilitas itu, kata Airlangga, sangat membantu ketika Indonesia diberi amanat untuk memegang Presidensi G20 dan bersama anggota-anggota G20 lainnya akan menentukan arah global di masa mendatang.
“Pada G20 kali ini, negara-negara berkembang akan terwakili karena Indonesia adalah presidensi pertama dari kelompok negara berkembang. Kami juga mengundang negara yang menjadi Ketua Uni Afrika, yaitu Republik Demokratik Kongo, serta yang merepresentasikan pembangunan progresif di Afrika, yaitu Rwanda," kata dia.
Baca juga: Sri Mulyani: Korupsi bakal turunkan kinerja ekonomi dan demokrasi
Dia menjelaskan bahwa ada tiga agenda utama yang akan digaungkan Indonesia di G20.
Agenda pertama adalah tentang isu kesehatan dan peningkatan kapasitas. Indonesia, kata Airlangga, mempunyai banyak model yang bisa digunakan masyarakat global.
Kedua, pemanfaatan teknologi digital untuk pemulihan ekonomi. Sembilan juta UMKM Indonesia, kata dia, berhasil beralih ke digital, sehingga digitalisasi terbukti menjadi akselerator dalam perekonomian.
Sedangkan agenda ketiga adalah transisi energi. Indonesia kini menuju net zero emission dengan cara menentukan bauran energi sendiri, kata Airlangga.
“Jadi dalam situasi seperti ini, kita harus membuat prototipe yang jelas, sehingga kita bisa membuat kebijakan seperti yang diminta Bapak Presiden, yaitu down to earth atau bisa dilaksanakan,” katanya.
Baca juga: Airlangga tegaskan pemulihan ekonomi berada pada jalur yang benar
Baca juga: Menlu Retno: G20 harus menjadi katalis pemulihan ekonomi global
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021