• Beranda
  • Berita
  • BMKG prediksi rob di Sulteng berakhir pada pertengahan Desember 2021

BMKG prediksi rob di Sulteng berakhir pada pertengahan Desember 2021

10 Desember 2021 19:09 WIB
BMKG prediksi rob di Sulteng berakhir pada pertengahan Desember 2021
Kepala BMKG stasiun Meteorologi Kela s II Mutiara Sis Al-Jufri Palu, Nur Alim. ANTARA/Kristina Natalia

Prediksi kami rob masih berlangsung hingga 13 Desember karena tinggi muka air laut melebihi batas maksimum

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi banjir air laut pasang atau rob yang terjadi di sejumlah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, berakhir pada pertengahan Desember 2021.

"Prediksi kami rob masih berlangsung hingga 13 Desember karena tinggi muka air laut melebihi batas maksimum," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim yang dihubungi di Palu, Jumat.
 
Menurut analisis BMKG, fenomena rob yang terjadi kali ini di pesisir pantai Sulteng, rob kemungkinan terakhir di tahun 2021.

Baca juga: Pemkab Parimo imbau warga pesisir tingkatkan kewaspadaan banjir rob
 
Daerah-daerah yang mengalami fenomena ini di antaranya Teluk Palu, Teluk Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Buol, Kabupaten Banggai dan Kavupaten Banggai Kepulauan. Rob terjadi di waktu petang hingga malam hari.
 
Di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, rob terjadi setiap hari ketika air laut pasang karena permukaan tanah mengalami penurunan akibat gempa dan tsunami pada 28 September 2018.
 
Ia menjelaskan rob terjadi dipicu fase pasang air laut maksimum dengan fenomena angin kencang dan gelombang tinggi dan posisi bulan terdekat yang terjadi secara bersamaan.

Baca juga: ACT beri ratusan paket bantuan untuk korban banjir rob Donggala
 
"Puncak rob terjadi pada Rabu (8/12). Minimal fenomena ini berlangsung selama tujuh hari hari, tiga hari sebelum dan sesudah bulan purnama," papar Alim.
 
Ia menambahkan curah hujan mengalir ke laut tertahan oleh genangan air ke darat, sehingga hal ini memicu dorongan air laut masuk ke daratan lebih cepat, terlebih dampak angin dan gelombang tinggi di perairan ketika fase air laut pasang maksimum sedang terjadi.

Baca juga: BMKG ingatkan warga Sulteng waspadai longsor jalur pegunungan
 
Menurutnya, warga pesisir dan nelayan bijak menyikapi fenomena ini dengan kearifan secara alamiah yang mereka miliki daya prediksi pasang-surut air laut dengan pengetahuan tradisional berdasarkan perhitungan bulan di langit.
 
"Artinya, kapan rob terjadi mereka sudah tahu. Antisipasi supaya tidak membahayakan keselamatan jiwa, nelayan membatasi diri beraktivitas di laut. Lalu, jika genangan air semakin tinggi, mengevakuasi diri ke tempat lebih aman," kata Alim.

Baca juga: Puluhan rumah warga Tomini Parigi Moutong terendam banjir

Baca juga: Tangani rob, Pemkab Indramayu ajukan pembangunan pemecah gelombang

Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021