Pimpinan Satuan Tugas (Satgas) Penindakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Kombes Pol. Didik Novi Rahmanto mengatakan smart approach merupakan strategi nasional dari pemerintah untuk menyelesaikan akar masalah radikalisme dan terorisme di Indonesia.
“Strategi nasionalnya seperti apa, kalau saya bilang smart approach, yaitu penggabungan antara hard approach melalui penegakan hukum dan soft approach melalui pencegahan,” ujarnya.
Hal itu disampaikannya saat menjadi narasumber dalam Podcast Kafe Toleransi bertajuk “Kupas Pendanaan dan Transformasi JI” yang diunggah di kanal YouTube Humas BNPT, dipantau dari Jakarta, Sabtu.
Baca juga: BNPT apresiasi FKPT Sumbar tingkatkan kearifan lokal cegah terorisme
Didik mengatakan BNPT lebih mengedepankan soft approach dalam menuntaskan persoalan radikalisme dan terorisme di Indonesia. Menurutnya, BNPT menggunakan soft approach melalui program deradikalisasi yang berfokus menyelesaikan persoalan pada tataran hulu radikalisme dan terorisme, yaitu lembaga-lembaga pendidikan yang menjadi sarana radikalisasi.
Namun, ujar Didik, langkah tersebut tidak dapat memberikan hasil yang optimal dalam memutus mata rantai radikalisme dan terorisme apabila dilakukan oleh BNPT saja. Dengan demikian, mereka harus melibatkan kerja sama dengan kementerian/lembaga.
Di samping itu, tambah dia, pelaksanaan langkah yang dapat dikatakan sebagai intervensi itu harus dilakukan secara terus menerus.
Baca juga: BNPT resmikan Warung NKRI wujud sinergi dengan mitra deradikalisasi
“Memutus mata rantai radikalisme dan terorisme ini harus dilakukan terus menerus, intervensi pada tempat atau lokasi radikalisasi, seperti lembaga-lembaga pendidikan milik kelompok teror,” ucap Didik.
Selanjutnya, Didik Novi Rahmanto mengatakan bahwa soft approach lain, seperti penanaman moderasi beragama, toleransi, dan penguatan ideologi Pancasila melalui pemahaman terhadap wawasan kebangsaan patut pula untuk dihidupkan kembali.
Menurutnya, hal-hal tersebut merupakan pemberi daya tangkal dan daya cegah bagi masyarakat untuk menghindari pengaruh radikalisasi yang akan menuju terorisme.
Baca juga: BNPT sebut tokoh agama jadi pintu masuk dan keluar radikalisme
Kelompok radikal, kata Didik, berupaya untuk menyelaraskan dan menyeragamkan segala perbedaan yang ada di Indonesia, baik itu agama, adat, maupun budaya. Padahal, tambah dia, Indonesia justru lahir karena adanya keberagaman.
Oleh karena itu, ujar dia, dihidupkannya kembali moderasi beragama, toleransi, dan penguatan ideologi Pancasila di tengah masyarakat juga berperan penting dalam menyelesaikan akar masalah terorisme.
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021