"Hampir semua pendapatan negara sesuai target, bahkan penerimaan negara bukan pajak berada di atas target, sehingga peran seluruh pemangku kebijakan menjadi sangat penting," kata Airlangga dalam acara Sherpa Track-Finance Track G20: Working Lunch di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Menko Airlangga : OSS dukung peningkatan pertumbuhan ekonomi
Peningkatan realisasi pendapatan negara tersebut disebabkan salah satunya oleh konsumsi masyarakat yang sudah ekspansif, terutama karena adanya kebijakan stimulus pajak kendaraan bermotor dan properti.
Selain itu, kebijakan tersebut pun berhasil mendongkrak sektor manufaktur, yang tercermin dari Purchasing Managers' Index Manufaktur Indonesia yang selalu di atas level 51 belakangan ini atau berada di posisi yang lebih ekspansif dari sebelum COVID-19.
"Bahkan sempat di level 57 dan terakhir ini di angka 53,9," ucap Airlangga.
Dengan demikian, posisi defisit APBN Indonesia pun berada di peringkat yang sangat baik di dunia, yakni ke-12 dari 40 negara.
Adapun indikator fundamental ekonomi Indonesia lainnya, tambah dia, juga berada di peringkat yang baik, antara lain defisit transaksi berjalan berada di posisi 18, cadangan devisa di peringkat ke 20, inflasi berada di posisi ke-5, utang luar negeri di peringkat ke-21, dan indeks kerentanan di posisi 15.
Baca juga: Menko Airlangga : program PEN on-track dan akan dilanjutkan
"Ini artinya kita tidak perlu panik dengan inflasi dan situasi yang terkontrol ini. Walaupun nanti akan ada perubahan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat, kita punya cukup bantalan untuk menahan," tuturnya.
Di sisi lain, Airlangga mengatakan ketahanan permodalan perbankan Indonesia pun juga sangat memadai untuk menghadapi tekanan dari global.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021