Berdasarkan data sementara yang berhasil dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB per Selasa (14/12), kejadian awan panas guguran Gunung Semeru telah menyebabkan 48 warga meninggal dunia, 18 orang luka berat dan sembilan orang luka ringan.
Dari data itu, ada beberapa mahasiswa Unej yang keluarganya ikut terdampak akibat meningkatnya aktivitas gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut itu dan relawan perguruan tinggi negeri (PTN) yang dikenal dengan sebutan Kampus Tegalboto itu sudah tiba di lokasi bencana sejak Minggu (4/12).
Ada lima mahasiswa Unej yang terdampak bencana Gunung Semeru. Mereka adalah Devani Ramadhani yang merupakan mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional FISIP, Novia Dwiyanti dari Program Studi Diploma Teknik Elektronika FT, Nabila Firdausi dari Program studi Perpajakan FISIP, Nurhalimah dari Program Studi Pendidikan IPA FKIP dan Nurul Alfiani (mahasiswi Program Studi Penyuluhan Pertanian Faperta).
Dari kelima mahasiswa itu, Devani Ramadhani mendapatkan ujian terberat karena mahasiswa asal Dusun Kebonagung, Desa Sumberwuluh, itu kehilangan tujuh kerabatnya, yakni paman dan sepupunya akibat bencana Gunung Semeru.
Ia menceritakan bahwa orang tua dan kerabatnya bermata pencaharian sebagai penambang pasir dan rumahnyapun hanya berjarak sekitar 500 meter dari aliran lahar dingin yang memang masuk dalam zona merah.
Dari tujuh kerabat mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional 2020 yang hilang itu, baru tiga orang yang ditemukan, sehingga dirinya bersama empat rekannya mengungsi di Desa Sumbermujur sambil ikut membantu Posko Sukarelawan Unej yang berada di lokasi bencana.
Informasi dari Bagian Kemahasiswaan Unej kini sedang memverifikasi 25 nama mahasiswa asal Kabupaten Lumajang lainnya yang juga menjadi korban bencana Gunung Semeru.
Posko Relawan Unej menempati rumah salah satu warga Desa Sumbermujur dengan jumlah 25-30 relawan yang berjaga setiap hari, namun jumlah tersebut bisa bertambah atau berkurang karena para relawan merupakan dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan yang harus tetap menjalankan tugas utamanya.
Ketua Korps Sukarelawan Kampus (Korrek) Unej Daniel Abdilah mengatakan komposisi tim relawan di Posko Desa Sumbermujur terdiri dari 25 orang anggota yang berasal dari unsur dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan.
Mereka juga dibantu empat orang perawat dari Unej Medical Center (UMC), tiga orang perawat dari Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) serta dua orang anggota satuan pengamanan (satpam) kampus setempat yang sehari-harinya bertugas sebagai anggota tim SAR, membantu distribusi logistik, memberikan layanan kesehatan, memasak di dapur umum hingga memberikan proses pemulihan trauma.
Daniel yang bertugas sebagai anggota tim SAR ikut mencari korban yang hilang, bahkan di lokasi Dusun Kampung Renteng, Daniel dan tim SAR SRU 3 menemukan jenazah balita yang kondisinya sudah tidak utuh dan juga menemukan bagian tubuh tertentu.
Relawan lain yang bertugas mendistribusikan logistik menghadapi dinamika sosial yang tinggi, sebab harus sabar melayani warga dan petugas serta relawan, sehingga harus cermat membagikan bantuan agar tidak terjadi kecemburuan di antara pengungsi.
"Logistik berupa makanan bagi petugas serta relawan juga harus diperhatikan, jangan sampai mereka yang sudah berjuang dan dalam kondisi yang lelah malah luput, tidak dapat asupan makanan," tuturnya.
Mahasiswa Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik itu mengatakan perlu manajemen bencana agar tanggap bencana berjalan dengan baik dan selama membantu penanganan bencana di Gunung Semeru semuanya berjalan lancar dan logistik tersalurkan dengan baik.
Tidak hanya di Posko Desa Sumbermujur, relawan dosen dan mahasiswa Fakultas Keperawatan Unej yang bertugas di penampungan pengungsi di lokasi SMPN 2 Pasirian dan Kantor Kecamatan Pasirian juga melakukan pemulihan trauma dengan menempati mushalla SMPN 2 Pasirian.
Setiap harinya ada sesi pemulihan trauma bagi anak-anak dan kalangan dewasa, sehingga mushalla pun disulap menjadi ruang spiritual dengan menempatkan dua dosen dan empat mahasiswa dalam tiap sesinya. Kegiatan dipimpin oleh dosen dari fakultas keperawatan dari kampus Jember, Lumajang dan Pasuruan, terutama dosen yang memiliki spesialisasi keperawatan.
Koordinator Unej Kampus Lumajang Nurul Hayati mengatakan titik pengungsian di SMPN 2 Pasirian menampung sekitar 400 jiwa yang ditempatkan di kelas-kelas yang ada. Para pengungsi itu mayoritas berasal dari Desa Curah Kobokan, Kamar Kajang dan Sumberwuluh di Kecamatan Candipuro.
Di antara para pengungsi terdapat lima bayi dan 30 balita, bahkan satu bayi lahir di masa pengungsian itu, serta merawat satu pengungsi yang mengalami luka bakar ringan di kakinya.
Dosen Program Studi Diploma Keperawatan Fakultas Keperawatan Unej Kampus Lumajang Arista Maysaroh yang bertugas sejak 6 Desember 2021 secara bergantian dengan rekan-rekannya untuk membantu penanganan pengungsi.
Selain memberikan pemulihan trauma, para relawan juga berusaha melayani kebutuhan pengungsi lainnya, seperti masalah makanan karena awalnya para pengungsi mendapatkan pasokan makan dari dapur umum dan seperti biasanya, masakan yang disajikan cenderung tanpa sayur berkuah agar tidak cepat basi.
Lama kelamaan pengungsi bosan, apalagi mereka terbiasa menyantap sayuran, seperti lalapan karena bahannya mudah didapatkan di lingkungan mereka dulu, sehingga mereka rindu makan dengan sambal seperti menu penyet tempe atau sayur bening.
Akhirnya tim relawan Unej mengusahakan ada kompor dan peralatan masak, sementara pasokan makanan siap santap diganti dengan bahan mentah saja, sehingga pengungsi memiliki kegiatan memasak agar tidak bosan, namun bantuan makanan siap saji tetap ada.
Pelayanan kesehatan juga terus diberikan setiap hari oleh relawan dari Fakultas Keperawatan dengan membuka konsultasi dan layanan kesehatan dalam dua sesi, pagi dan sore dengan personel di setiap sesi terdiri dari satu dosen dan dua mahasiswa yang berjaga.
Tim juga aktif memeriksa kesehatan pengungsi dengan cara mendatangi tiap kelas dan setiap hari rata-rata ada 60 hingga 70 pasien yang memeriksakan diri, keluhan terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), migrain, penyakit kulit serta penyakit mata akibat terkena debu Semeru.
Ada juga yang tekanan darahnya naik alias hipertensi, maklum hidup di pengungsian tentu bukan pilihan yang nyaman, apalagi banyak yang memikirkan nasib lahan dan ternaknya.
Keberadaan tim relawan Fakultas Keperawatan Unej mendapatkan pujian dari unsur pimpinan kecamatan Pasirian, seperti yang diutarakan oleh Danramil Pasirian Kapten (Arm) Onny Arianto.
Menurutnya keberadaan tim relawan kesehatan Fakultas Keperawatan Unej di lokasi pengungsian SMPN 2 Pasirian sangat membantu dalam penanganan kesehatan para pengungsi karena layanan kesehatan di Kantor Kecamatan Pasirian dilayani oleh tenaga kesehatan dari Puskesmas Pasirian.
Program KKN
Untuk mahasiswa yang terdampak bencana Gunung Semeru, Kemendikbudristek memberikan bantuan kepada mereka berupa pembebasan uang kuliah tunggal (UKT) untuk semester gasal tahun akademik 2021/2022.
Selain mendapatkan pembebasan UKT, Rektor Unej Iwan Taruna mengatakan mahasiswa yang terdampak bencana Gunung Semeru juga mendapatkan bantuan Unej berupa uang tunai dan kebutuhan lainnya yang dihimpun dari keluarga besar kampus setempat.
Sementara bantuan lain disampaikan oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unej Prof Yuli Witono. Ia mengatakan pihaknya telah ditunjuk menjadi koordinator program Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematis Semeru oleh PTN di Jawa Timur.
Rencananya setelah masa tanggap darurat bencana Gunung Semeru berakhir, maka LP2M Unej akan menggelar KKN tematis Semeru yang akan diikuti oleh PTN di Jawa Timur dengan tema-tema KKN nantinya menyesuaikan dengan kebutuhan warga yang terdampak, seperti pembangunan fasilitas umum, pembukaan usaha rintisan atau UMKM, penanganan kesehatan dan tema-tema lainnya.
Sepanjang perjalanan tim Humas Unej usai mengunjungi posko pengungsian untuk kembali ke Kabupaten Jember terus bertemu banyak kendaraan yang membawa bantuan bagi warga Lumajang yang menjadi korban bencana Gunung Semeru.
Ada komunitas, instansi pemerintah, perusahaan swasta, klub mobil hingga perguruan silat yang tak hanya dari kota di Jawa Timur, tapi hingga kota dari ujung barat Pulau Jawa. Membanggakan sekaligus mengharukan, ternyata rasa kemanusiaan dan welas asih belum hilang dari bumi Indonesia.
Semoga solidaritas yang ditunjukkan itu menumbuhkan optimisme dan sumber ketabahan, menjadi semangat bagi warga Lumajang yang kini mendapatkan ujian untuk bangkit kembali karena mereka tahu masih punya saudara yang akan selalu membantu.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021